JAKARTA.bipol.co – Seorang siswa sekolah menengah dari Covington, Kentucky, Amerika Serikat (AS), menggugat surat kabar Washington Post dengan tuduhan pencemaran nama baik, Selasa (19/2/2019). Ia mengklaim harian tersebut secara keliru menuduhnya melakukan tindakan rasis dan memicu konfrontasi dengan seorang aktivis penduduk asli Amerika dalam insiden dalam rekaman video bulan Januari di Lincoln Memorial.
Gugatan tersebut diajukan di Pengadilan Distrik Amerika Serikat (AS) di Kentucky oleh Nicholas Sandmann (16 tahun), siswa Sekolah Menengah Katolik Covington, yang meminta ganti rugi sebesar US$250 juta (sekitar Rp 3,5 triliun), jumlah yang dibayarkan oleh Jeff Bezos, pendiri Amazon.com dan orang terkaya di dunia, untuk membeli Post pada tahun 2013.
Gugatan itu mengklaim bahwa surat kabar itu “secara salah menuduh dan menggertak” remaja itu bersikap rasis demi memperkuat posisinya yang bias terhadap Presiden Donald Trump. Hal itu dilakukan karena Sandmann adalah seorang Katolik kulit putih yang mengenakan topi suvenir Make America Great Again pada kunjungan lapangan sekolah untuk aksi anti-aborsi March for Life di Washington DC pada 18 Januari lalu.
“Kami sedang mempelajari salinan gugatan dan kami berencana untuk melakukan pembelaan yang kuat,” kata Wakil Presiden Komunikasi Washington Post Kristine Coratti Kelly, dilansir dari Reuters. Dalam sebuah foto yang menjadi viral dari kejadian itu, Sandmann terlihat berdiri berhadapan dengan aktivis asli Amerika, Nathan Phillips. Sandmann menatapnya dengan senyum sementara Phillips bernyanyi dan memainkan drumnya. Insiden itu memicu kemarahan di media sosial.
Dalam sebuah pernyataan, pengacara Sandmann yang berbasis di Atlanta, Lin Wood, mengatakan tambahan tuntutan hukum serupa akan diajukan dalam beberapa minggu ke depan. Sebuah perusahaan investigasi swasta yang dikelola oleh Keuskupan Covington di Park Hills, Kentucky, menemukan dalam sebuah laporan yang dirilis minggu lalu bahwa tidak ada bukti remaja itu telah memprovokasi konfrontasi. Penyelidikan juga menyatakan bahwa siswa tersebut tidak mengeluarkan komentar rasis atau ofensif terhadap Phillips meskipun beberapa siswa melakukan gerakan “tomahawk chop” pada saat ia memainkan drumnya.
Phillips mengklaim dalam sebuah video terpisah bahwa ia mendengar para siswa meneriakkan “bangun tembok itu,” selama pertemuan itu, yang menyindir janji Trump untuk membangun tembok penghalang di sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Para penyelidik mengatakan mereka tidak menemukan bukti nyanyian semacam itu dan menyatakan Phillips tidak menanggapi beberapa panggilan kepadanya. (Deden .GP)