DUBLIN.bipol.co – Conor McGregor, salah satu pegulat profesional kesohor di dunia, tahu betapa krusial untuk bermimpi besar. Bahkan, menurut dia, ketika sedang merasa terjebak dalam situasi tanpa harapan. Jagoan Ultimate Fighting Championship (UFC) itu kini dikenal sebagai salah satu atlet paling tajir di jagat raya. Terkait hal itu, McGregor memiliki trik sederhana yang membantu hingga sampai ke titik itu.
Selain tentu dari bakat alami sebagai petarung (tentu saja), adalah membayangkan keberhasilan dan kemudian mewujudkan. “Selalu visualisasikan. Lihat dirimu menang, berprestasi. Visualisasikan hal-hal baik. Jadikan mimpimu menjadi kenyataan,” katanya pada CNBC Make It seperti dikutip Minggu (24/2/2019). Conor McGregor, Pegulat Tajir yang Pernah Jadi Tukang Leding
Saat masih remaja, McGregor magang sebagai tukang leding di Dublin, Republik Irlandia, tanah airnya. McGregor akhirnya memutuskan untuk tidak berkarier di jalur tersebut. “Saya tidak suka pipa leding,” katanya kepada The Guardian pada 2015. Dia pun akhirnya berhenti dari pekerjaannya untuk menjadi pegulat profesional MMA. Pada 2008, McGregor yang berusia 19 tahun, melakukan debut di Dublin.
Ia lantas memenangkan dua pertandingan pertama dan menjadikannya sebagai petarung top di Irlandia selama lima tahun kemudian. Dia hanya kehilangan dua dari 14 pertandingan MMA selama periode tersebut. Namun, ketika itu, situasi keuangan McGregor belum stabil lantaran tak ada pekerjaan harian. Ia juga tidak mendapatkan kontrak dengan UFC, organisasi yang menaungi tingkat kompetisi tertinggi untuk petarung MMA hingga 2013.
Faktanya, McGregor diketahui bergantung pada uang program kesejahteraan dari Pemerintah Irlandia selama beberapa tahun. Sementara ia terus bertarung dalam pertandingan MMA tingkat rendah. “Ketika segalanya memburuk, ketika saya tidak punya pekerjaan, saya beralih ke mode yang berbeda. Sama seperti anak-anak, aku menggunakan imajinasiku untuk memvisualisasikan hal-hal baik di masa-masa perjuangan ini,” kata McGregor.
Dengan kata lain, McGregor membayangkan dirinya memenangkan pertandingan demi pertandingan, mendapatkan kontrak UFC dan memenangkan sabuk kejuaraan. Pemikiran positif itu membantunya melewati masa-masa ketika meragukan kariernya sebagai petarung.
Baru pada April 2013, dia mengumpulkan cek bernilai sekitar US$ 220 (Rp 3 juta) hanya beberapa hari sebelum pertarungan pertamanya sebagai anggota UFC. McGregor memenangkan pertandingan itu sehingga menambah kocek senilai US$ 60.000 (Rp 840 juta). McGregor memenangkan sabuk kejuaraan UFC pertamanya pada 2015, menjadi petarung peringkat teratas di kelasnya hanya dua tahun setelah menandatangani kontrak pertamanya dengan organisasi tersebut.
Sejak itu, dia memenangkan kejuaraan UFC dalam dua kelas berat (kelas bulu dan ringan). Meskipun dia kemudian kehilangan gelar-gelar itu, termasuk pertarungan UFC terbarunya dengan Khabib Nurmagomedov pada Oktober 2018. Meskipun kalah, McGregor dilaporkan mendapat US$ 3 juta (Rp 42 miliar). Itu masih belum apa-apa dibandingkan dengan US$ 100 juta (Rp 1,4 triliun) yang dilaporkan yang ia terima ketika ia bertarung melawan petinju Floyd Mayweather pada 2017.
Pada 2018, Forbes menempatkan McGregor di urutan ke-12 dalam daftar selebriti tajir dengan US$ 99 juta (Rp 1,3 miliar) pendapatan tahunan, yang mana US$ 14 juta (Rp 196 miliar) dari yang berasal dari dukungannya untuk merek seperti Monster Energy dan Reebok. (dgp)