SURABAYA,bipol.co – Tingkat elektabilitas 40,4 persen bagi Joko Widodo yang merupakan capres petahana, dinilai sangat berbahaya.
Hal tersebut diutarakan CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah saat memaparkan hasil survei PolMark Indonesia, di sela Forum Pikiran, Akal dan Nalar, di Surabaya, Selasa (5/3/2019).
Pasalnya, ungkap Fatah, berdasarkan pengalamannya melakukan survei pilpres maupun pilkada selama 10 tahun, jika elektabilitas petahana jauh di bawah 50 persen maka membahayakan.
“Indikator posisi Jokowi sangat rawan, juga bisa dilihat dari tingkat kesetiaan pemilih. Yaitu pemilih Jokowi yang sudah mantap atau tidak berpindah hanya 31,5 persen, sedangkan pemilih Prabowo yang mantap 33,8 persen,” katanya.
Ditegaskannya, persaingan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan berlangsung ketat.
“Sampai saat ini, kedua pasangan capres-cawapres sama-sama berpeluang menang,” ujar Fatah.
Dijelaskannya, ketat persaingan kedua pasangan dilihat dari hasil survei tingkat elektabilitas, yakni capres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf hingga Februari 2019 cenderung stagnan karena hanya 40,4 persen, sedangkan capres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga mencapai 25,8 persen.
Hasil survei PolMark yang dilakukan pada kurun waktu Oktober 2018 hingga Februari 2019 meliputi 73 daerah pemilihan (dapil) dari total 80 dapil di seluruh Indonesia atau jumlahnya hingga 92,9 persen dari pemilih pada pemilu mendatang.
“Survei juga bukan vonis karena dilakukan dalam rentang waktu tertentu untuk memotret suatu keadaan saat itu. Jadi, pertarungan sesungguhnya baru akan terjadi pada hari H pemungutan suara,” katanya pula.
Yang menarik, kata dia, pemilih “undecided voter” atau pemilih yang belum menentukan pilihan jumlahnya cukup besar, yakni mencapai 33,8 persen.
“Ini berarti, pertarungan Pemilihan Presiden 2019 masih sangat ketat, karena masing-masing pasangan punya peluang untuk menang,” ujarnya lagi.[ant]