BANDUNG,bipol.co – Upaya Partai Demokrat bergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja (KIK) besar kemungkinan terjadi. Pasalnya, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu memerlukan posisi untuk menaikkan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Demokrat serba tidak menguntungkan, hasil Pemilu yang minim perolehan suara. Sementara Partai Demokrat memerlukan posisi yang baik, karena memiliki tokoh yang hendak dijadikan ikon pengganti SBY, yakni AHY,” kata Pengamat Politik Universitas Telkom Bandung, Dedi Kurnia Syah saat dihubungi bipol.co, Senin (13/05/2019).
Dirinya melihat, bergesernya Partai Demokrat ke koalisi Petahana merupakan hal yang kemungkinan besar terjadi. Namun, bukan hal yang mudah bagi partai berlambang mercys itu untuk merangsek ke koalisi Petahana.
“Hal paling mungkin adalah dengan bergeser ke petahana, pilihan ini agar PD punya bargaining power. Hanya saja, secara politis kubu petahana terlalu besar untuk ukuran suara PD, sehingga perlu lobi politik lebih kuat agar diterima,” papar Dedi.
Sejak awal, Dedi mengamati jika Partai Demokrat melakukan poitik dua kaki. Hal itu terindikasi dari para kader yang tidak sepenuhnya berada di Koalisi Adil Makmur.
“Sejauh ini PD bahkan cenderung memainkan politik dua kaki. Hal ini terlihat dari beberapa kader PD di daerah justru berada di kubu petahana.Tidak mengagetkan jika di akhir masa penentuan pemenang Pemilu, PD berupaya bergeser ke kubu petahana,” katanya.
“Politik selalu dinamis, terlebih dengan konsep presidensil yang kita anut, sangat mungkin koalisi berpindah-pindah. Sementara kasus Koalisi Adil Makmur yang diprediksi tidak memenangi pemilu, sangat besar kemungkinan ditinggalkan anggota koalisi,” tambahnya.
Dampaknya, lanjut Dedi, Koalisi Adil Makmur tentu makin kehilangan keseimbangan sebagai oposisi. “Itu artinya berdampak pada politik parlemen jika kemudian petahana terlalu kuat, sementara politik ideal seharusnya ada keseimbangan antara oposisi dan pemerintah,” pungkasnya.**
Reporter : Rahmat Kurniawan
Editor : Herry Febriyanto