“Terdapat sejumlah elemen yang membuat kami yakin bahwa ketentuan tenggat waktu (karantina wilayah) pada 3 April harus ditunda,” ujar Menteri Perindustrian Stefano Patuanelli dalam sebuah wawancara.
Italia merupakan negara Barat pertama yang mengambil langkah penutupan negara sejak mendapati kasus infeksi virus corona pada lima pekan lalu, dan penerapannya semakin diperketat seiring angka kasus yang terus bertambah.
Menurut keterangan resmi pemerintah, jumlah kasus positif COVID-19 melonjak sekitar 6.000 kasus menjadi 92.472 kasus, urutan kedua terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat. Sebanyak 889 kasus kematian terjadi dalam 24 jam terakhir, membuat jumlah pasien meninggal dunia mencapai 10.023 kasus.
Jumlah itu dianggap bisa semakin tinggi lagi jika tidak ada karantina wilayah.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Lucia Azzolina telah mengumumkan penutupan sekolah dan perguruan tinggi yang dimulai pada 5 Maret lalu, akan diperpanjang melewati tanggal 3 April.
Di sisi lain, Menteri untuk Wilayah Selatan Giuseppe Giuseppe Provenzano justru mengungkapkan keresahannya atas kemungkinan ketegangan sosial dan kerusuhan masyarakat di kawasan miskin jika perkiraan bahwa wabah menjangkiti wilayah selatan betul terjadi.
“Saya khawatir kecemasan mengenai kesehatan, pemasukan, dan masa depan, yang memengaruhi pikiran sebagian besar masyarakat kita, dengan kelanjutan ke arah krisis, bisa berubah menjadi kemarahan dan kebencian,” ujar Provenzano.
Presiden Giuseppe Conte sebelumnya menyatakan bahwa ia telah menyetujui usulan bantuan baru sejumlah 4,7 miliar euro (sekitar Rp84 triliun) untuk membantu pihak-pihak terdampak pandemi ini, misalnya berupa kupon belanja dan bantuan makanan. (net)