BIPOL.CO, BANDUNG – Delegasi Pemerintah Kota Subang Jaya, Malaysia, menjajaki kemungkinan kerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jumat 3 Maret 2023.
Salah satu aspek yang menjadi daya tarik Kota Bandung di mata Pemerintah Subang Jaya adalah pengembangan produk UMKM.
Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur Selangor Malaysia, Dato’ Johari Bin Anyar. Sebelum menjadi wakil gubernur, ia pernah menjabat sebagai Wali Kota, Subang Jaya.
Menurutnya, Kota Bandung merupakan kota kreatif yang mampu membangun ekonomi masyarakatnya.
“Saya juga ingin Subang Jaya mempelajari dan menjadikan Kota Bandung sebagai contoh. Kota ini adalah salah satu aspek yang saya inginkan, sehingga kita bisa membangunkan aspek kebiasaan dan usaha masyarakat lebih baik,” ujar Johari yang selama tiga hari berada di Kota Bandung.
Ia mengatakan, perekonomian di Subang Jaya didominasi dari aspek perdagangan dan pariwisata, salah satunya Sunway Lagoon yang cukup terkenal di sana.
“Jika dibandingkan dengan Petaling Jaya, Subang Jaya memang memiliki luas yang lebih besar. Malam hari penduduknya bisa mencapai 1,2 juta. Siang itu bahkan bisa tiga kali lipatnya. Jadi, kota ini memang padat, harus dioptimalkan potensinya,” jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menyampaikan, saat pandemi melanda justru memberikan hikmah tersendiri bagi perekonomian Kota Bandung.
“Pada saat pandemi pertumbuhan ekonomi kita minus 2,26 persen atau setara Rp1 triliun. Namun, di tahun 2021 ekonomi kita bertumbuh 3,78 persen. Bahkan di 2022 tumbuh hingga 5,41 persen. Ini semua karena para UMKM kreatif,” aku Yana.
Ia memaparkan, kala pandemi Covid-19 Pemkot Bandung membuat regulasi agar semua tempat harus memberikan lahan untuk produk UMKM jika ingin memiliki izin beroperasi dari pemerintah.
“Kita bikin kegiatan di mal 10 hari, pesertanya ganti-ganti juga di tiap mal. Semuanya gratis. Pelaku UMKM tidak perlu bayar, mereka cuma bawa produk saja,” ungkapnya.
Bahkan, Pemkot Bandung juga memfasilitasi para UMKM untuk langsung melakukan pitching sesama pelaku bisnis atau skema B2B.
“Ini sangat mempermudah mereka. Kita tidak pakai skema G2G. Tapi langsung B2B.
Mereka langsung kasih uang muka ke UMKM binaan kita kalau sudah deal,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung, Atet Dedi Handiman mengatakan, ekonomi Kota Bandung memang didominasi 80 persen pengusaha kecil. Produk-produknya sangat kreatif dan selalu didampingi untuk bisa menjadi lebih baik secara kualitas dan kuantitas.
“Kita juga beri kemudahan perizinan melalui online. Sehingga pengusaha kecil tidak usah datang, mereka sudah dapat nomer induk usaha lewat online,” kata Atet.
Kemudian, dari aspek pemberdayaan, Pemkot Bandung membantu para UMKM terkoneksi dengan pengusaha dan lembaga keuangan. Sedangkan pada aspek pemasaran, Pemkot Bandung mengadakan pameran-pameran baik di dalam kota, luar kota, atau internasional.
“Ini kita kerja sama juga dengan Disdagin. Kami kurasi produk yang sudah pantas untuk dipasarkan. Dari 12 mal di Kota Bandung, 7 di antaranya sudah bekerja sama dengan UMKM kami. Bahkan, UMKM binaan kami juga sudah bisa menitipkan produk di UNIQLO,” ucapnya.
Para UMKM juga diberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Misalnya cara pengemasan yang baik, tampilan foto produk yang menarik melalui pelatihan fotografi. Apalagi produk yang diunggulkan di Kota Bandung sebagian besar adalah fesyen dan kuliner.
“Selain itu, untuk menumbuhkan ekonomi, kita juga membina koperasi. Satu distrik satu koperasi juara. Sudah terbentuk di 28 distrik, diharapkan bisa mendorong ekonomi lewat koperasi-koperasi tersebut. Belum lagi koperasi lain yang ada di tiap rumah ibadah. Jika ditotal omzetnya mencapai Rp3 triliun dari 700 koperasi,” imbuhnya.(*)