Aliansi PKTA Desak Prabowo Hentikan KDM Kirim Anak-anak ke Barak TNI: Langgar Hak Anak

- Editor

Senin, 5 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para pelajar saat mengikuti pendidikan militer di Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (1/5/2025). (Tribunjabar)

Para pelajar saat mengikuti pendidikan militer di Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (1/5/2025). (Tribunjabar)

BIPOL.CO, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjadi sorotan publik setelah mengirimkan siswa yang dianggap bermasalah ke barak militer.

Salah satu yang protes terhadap kebijakan Gubernur Jabar Kang Dedi Mulyadi (KDM) adalah Aliansi Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak (Aliansi PKTA).

Aliansi ini mendesak Presiden Prabowo Subianto menghentikan langkah Dedi Mulyadi mengirimkan siswa yang dianggap bermasalah ke barak militer. Menurut aliansi anti-kekerasan terhadap anak ini, pendidikan disiplin ala militer bukan untuk anak.

Koalisi tersebut meminta Prabowo untuk menginstruksikan jajaran pemerintah pusat dan daerah mengambil langkah ramah anak dalam mengatasi permasalahan siswa yang berperilaku menyimpang.

“Praktik mengirimkan siswa bermasalah ke barak TNI untuk pendisiplinan semacam ini tidak hanya melanggar hak-hak anak, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar perlindungan anak dalam hukum nasional dan internasional,” tutur Aliansi PKTA, dikutip dari Tempo dari keterangan resmi pada Ahad, 4 Mei 2025.

Koalisi mengatakan, intervensi terhadap anak semestinya memperhatikan faktor penyebab sikap antisosial yang cenderung kompleks. Perbuatan menyimpang anak tidak serta merta merupakan keputusan yang diambilnya sendiri, melainkan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti keluarga, pendidikan, lingkungan, hingga teman sebaya.

Lebih jauh aliansi ini mengatakan, bercermin dari fenomena panjang kekerasan aparat, maka pengiriman anak untuk didisiplinkan di barak seharusnya tidak dilakukan. Mereka menyinggung catatan Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) yang menyatakan pada periode Oktober 2023 sampai dengan September 2024 terdapat 64 peristiwa kekerasan TNI terhadap warga sipil.

Dari jumlah kekerasan tersebut, beberapa korban jiwa merupakan anak di bawah umur. Salah satunya kasus anak berinisial MHS yang tewas usai dianiaya anggota TNI di lokasi kejadian tawuran. Catatan kekerasan ini, kata koalisi, menunjukkan sikap aparat TNI yang cenderung mengedepankan kekerasan atau kekuatan berlebih.

“Corak militeristik yang demikian justru sangat berpotensi mengancam kebebasan anak sehingga anak akan belajar dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak, bahkan tidak juga menjawab akar persoalan penyebab anak berperilaku menyimpang,” tutur mereka.

Tak hanya itu, aliansi menilai penempatan anak di barak justru akan melabelisasi anak sebagai anak nakal. “Ini sangat berbahaya karena akan menimbulkan stigma negatif terhadap anak,” kata Aliansi PKTA.

Aliansi menyebut solusi yang tepat terletak pada pengembalian anak kepada orang tua, lingkungan, dan pendidikan sebagai elemen yang memegang tanggung jawab atas anak. Kemudian penguatan, pembenahan, dan perlindungan dengan menjunjung kepentingan anak juga harus dikedepankan agar anak dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan yang suportif dan positif.

Menurut mereka, salah satu mekanisme penguatan sistem pendampingan keluarga bisa dilakukan melalui program Pusat Pembelajaran Keluarga atau Puspaga Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Program tersebut dapat dimanfaatkan untuk pelatihan-pelatihan bagi orang tua dan mengajarkan intervensi yang ramah anak.

Rencana Dedi Mulyadi mengenai pendidikan karakter ala militer bagi siswa yang dinilai bermasalah mulai direalisasikan sejak Kamis, 1 Mei 2025. Purwakarta dan Bandung menjadi dua wilayah pertama yang menjalankan program pembinaan karakter semi-militer yang melibatkan TNI itu.

Sedikitnya 69 pelajar sudah dikirim ke barak militer. Dedi Mulyadi mengatakan kriteria anak yang disertakan dalam pendidikan semi-militer tersebut dimulai dari jenjang sekolah menengah pertama.(*)

Berita Terkait

Pemdaprov Jabar Gerak Cepat Tangani Warga yang Mengungsi Akibat Pergerakan Tanah di Purwakarta
Bandung Barat Dorong Penguatan Infrastruktur Lewat Forum Internasional ICI 2025
Jeje Ritchie Fokus Benahi Sekolah Rusak, Infrastruktur Pendidikan Jadi Prioritas KBB
Soal Status Organisasi PWI, Zulmansyah Tegaskan Pentingnya Semua Pihak Kembali pada Fakta Konstitusional
Lucky Hakim-Syaefudin Terima Penghargaan PWI Pusat Sebagai Tokoh Penjaga Ketahanan Pangan Nasional
Sumedang Siap Wujudkan KMP Berbasis Digital
MTQH Jabar 2025, Wakil Wali Kota Bandung: Mari Bung Rebut Kembali
APAH Bersama Pemkot Gelar Kontes Ayam Hias Nasiona Piala Wali Kota Cimahi 2025

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 13:00 WIB

Pemdaprov Jabar Gerak Cepat Tangani Warga yang Mengungsi Akibat Pergerakan Tanah di Purwakarta

Senin, 16 Juni 2025 - 11:18 WIB

Bandung Barat Dorong Penguatan Infrastruktur Lewat Forum Internasional ICI 2025

Minggu, 15 Juni 2025 - 17:47 WIB

Soal Status Organisasi PWI, Zulmansyah Tegaskan Pentingnya Semua Pihak Kembali pada Fakta Konstitusional

Minggu, 15 Juni 2025 - 12:28 WIB

Lucky Hakim-Syaefudin Terima Penghargaan PWI Pusat Sebagai Tokoh Penjaga Ketahanan Pangan Nasional

Minggu, 15 Juni 2025 - 10:48 WIB

Sumedang Siap Wujudkan KMP Berbasis Digital

Berita Terbaru