Ditulis oleh: Bukhori | Redaktur bipol.co
BIPOL.CO – Sudah tiga dekade lebih, masyarakat Cianjur Selatan—khususnya di jalur Kecamatan Cibinong, Agrabinta, hingga Leles—harus bergulat dengan permasalahan yang tak kunjung usai: infrastruktur jalan yang rusak parah. Sejak saya duduk di bangku SMP tahun 1995 hingga kini di tahun 2025, kondisi jalan tersebut nyaris tak pernah menunjukkan kemajuan berarti.
Setiap pergantian pemimpin daerah selalu memunculkan harapan baru di tengah masyarakat. Harapan bahwa jalan-jalan di Cianjur Selatan akan diperbaiki dan diaspal hotmix seperti jalan kabupaten lainnya. Namun, kenyataannya harapan itu berkali-kali pupus oleh janji manis yang tak ditepati.
Kerusakan jalan ini bukan sekadar masalah fisik, tetapi telah menjadi akar dari berbagai hambatan sosial dan ekonomi. Jalan yang rusak menyulitkan mobilitas warga, mempercepat kerusakan kendaraan, dan memicu lonjakan biaya logistik. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi di kawasan ini tersendat. Akses terhadap pendidikan, pelayanan kesehatan, hingga sektor pariwisata menjadi sangat terbatas.
Padahal, jika pemerintah benar-benar melek terhadap potensi daerah, Cianjur Selatan seharusnya bisa menjadi motor penggerak ketahanan pangan dan ekonomi daerah. Potensi pertanian, perikanan, perkebunan, dan wisata alam yang dimiliki Cianjur Selatan begitu besar. Sayangnya, potensi tersebut terkubur oleh buruknya infrastruktur dasar.
Pemerintah pusat terus menggembar-gemborkan pentingnya ketahanan pangan nasional. Jika pemerintah daerah dan pusat benar-benar memahami hal ini, Cianjur Selatan adalah wilayah strategis yang bisa dijadikan lumbung pangan. Namun, semua itu mustahil terwujud jika akses jalannya saja masih menyulitkan masyarakat.
Kini, masyarakat Cianjur Selatan kembali menaruh harapan kepada pemimpin baru: Kang Wahyu dan Ramzi. Semoga mereka mampu melihat secara jernih bahwa pemerataan pembangunan bukan hanya tentang kota, melainkan juga desa dan wilayah pinggiran. Jalan mulus bukan hanya soal kenyamanan, tetapi adalah kunci dari perputaran ekonomi yang sehat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jalan mulus, ekonomi lancar, ketahanan pangan kuat.*)
