Ditulis Oleh: Bukhori (redaktur bipol.co)
Media Bipol.co dalam laporan lapangannya menyoroti fenomena yang makin terasa di kota-kota seperti Bandung dan Cimahi: mal-mal yang dulu penuh sesak kini tampak lengang, banyak tenant tutup, dan roda ekonomi lokal tersendat. Penelusuran ini membuka mata bahwa kemajuan teknologi—khususnya toko online—telah membawa dampak nyata terhadap ekosistem perdagangan fisik yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi masyarakat menengah ke bawah.
Fenomena ini bukan sekadar perubahan gaya belanja. Ini adalah perubahan alur uang.
Kini, produsen dapat langsung menjual produk ke konsumen lewat toko online. Pembeli cukup klik dan transfer langsung—tak lagi ke toko, tak lagi ke perantara, tak lagi melibatkan jaringan pedagang lokal. Aliran uang pun mengalir lurus dari konsumen ke produsen—yang banyak berada di kota besar, pusat industri, bahkan luar negeri.
Bipol.co menelusuri beberapa pusat perbelanjaan utama dan menemukan pola yang seragam:
Mal Cimahi, yang dulunya menjadi pusat belanja warga sekitar, kini tampak sunyi. Banyak toko gulung tikar, dan pengunjung harian turun drastis.
ITC Kebon Kalapa Bandung, yang dulunya dipenuhi pembeli dari berbagai kalangan, kini dihiasi banyak kios tutup dan diskon besar-besaran tanpa animo.
King Shopping Centre, yang dulu menjadi ikon belanja rakyat di pusat Kota Bandung, kini kehilangan hiruk pikuknya.
Ramayana, yang dulunya menjadi tempat belanja favorit keluarga, kini hanya menyisakan aktivitas seadanya, jauh dari kata ramai.
Menurut Bipol.co, kondisi ini bukan sekadar akibat inflasi atau daya beli yang menurun, tapi lebih dalam: ini adalah hasil dari sistem distribusi baru yang memotong rantai ekonomi lokal.
Dulu, barang melewati pedagang grosir, toko kecil, hingga akhirnya ke tangan pembeli. Setiap titik dalam rantai itu adalah lapangan kerja, sumber penghidupan, dan ruang perputaran uang di masyarakat.
Kini, semuanya dipotong.
Langsung dari gudang ke rumah.
Dari produsen ke konsumen.
Efisien bagi sebagian, tapi mematikan bagi yang lain.
Warung, toko, bahkan mal tak lagi jadi tempat transaksi utama.
Mereka jadi saksi bisu perubahan zaman.
Dan bila tak ada intervensi atau perubahan kesadaran dari masyarakat, tempat-tempat itu bisa benar-benar menghilang.
Melalui liputannya, Bipol.co mengajak masyarakat dan pemangku kebijakan untuk tidak sekadar melihat tren digital sebagai kemajuan, tapi juga sebagai peringatan: bahwa di balik kecanggihan, ada komunitas lokal yang pelan-pelan kehilangan perannya dalam roda ekonomi.
Apakah kita akan terus memutar uang hanya di dunia maya, dan membiarkan dunia nyata kehilangan denyutnya?*)