BANDUNG, bipol.co – Pengamat Politik Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah, berpandangan bahwa PAN dan Demokrat tidak akan mampu bersikap kritis jika kedua parpol tersebut bergabung dalam barisan petahana. Menurutnya, bergabungnya suatu parpol dalam barisan pemerintahan secara alami akan menggerus sikap kritis parpol.
“Jika keduanya bergabung di pemerintahan, tentu secara etika politik tidak akan kritis. Dengan memihak pemerintah, itu sudah penanda bahwa sikap kritis itu hilang,” kata Dedi saat dihubungi via telepon seluler di Bandung, Selasa (2/7/2019)
Khusus Demokrat, Dedi menilai sejak awal partai tersebut memang sudah menunjukkan sikap yang tidak kritis.
“Sejak awal, terutama Demokrat, memang tidak menunjukkan sikap kritis termasuk saat bersama koalisi adil makmur dalam proses pemenangan Prabowo-Sandiaga,” paparnya.
Dia mengatakan bahwa manuver-manuver yang dilakukam PAN maupun Demokrat merupakan strategi untuk mendapatkan kursi. Meski begitu, Dedi menilai kemungkinan kedua partai tersebut untuk masuk dalam barisan pemerintahan masih kecil.
“Kita akan lihat, manuver Demokrat dan PAN hanya upaya mencari posisi strategis bagi kelangsungan eksistensi mereka. Meskipun tidak mudah, karena koalisi petahana pun sangat mungkin menolak,” ucapnya.
Terkait Demokrat, Dedi menyangsikan netralitas partai tersebut jika bergabung dalam pemerintahan. Menurutnya, Demokrat akan bersikap netral jika tidak berada di bagian pemerintah maupun oposisi.
“Netralitas Demokrat bisa dilihat dari posisi, jika secara formal berada dalam koalisi petahana, maka netralitas itu hanya isapan jari. Ada peluang netral, jika Demokrat tidak berada di kubu mana pun, dalam konsep komunikasi politik disebut kohabitasi,” tegasnya.
Dedi menegaskan bahwa setiap partai memiliki kepentingan. Meski begitu, Dedi menilai saat ini PAN dan Demokrat tidak memiliki daya tawar tinggi, sehingga lebih baik jika kedua partai tersebut bergabung dalam oposisi
“Demokrat dan PAN dalam posisi yang tidak memiliki daya tawar tinggi. Hal terbaik tetap berada di oposisi agar publik terkesan dengankonsistensi mereka. Ini menguntungkan untuk ke depan. Sedangkan Demokrat serba sulit, karena ada agenda personal di dalamnya, yakni menyiapkan AHY untuk kontestasi 2024. Memang pilihan sulit jika berada di oposisi, karena memiliki sedikit ruang gerak, AHY memerlukan dukungan elite politik di petahana, itulah ia sejauh ini secara terang-teranganan ingin berada di sana,” paparnya.**
Reporter: Rahmat Kurniawan
Editor: Hariyawan