KUPANG, bipol.co – Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Raja Muda Bataona MA, mengatakan sulit bagi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bergabung dalam koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin, karena adanya perbedaan ideologi perjuangan.
“Saya kira sulit karena secara chemistry dan ideologi, PKS sejak berdiri sebagai partai, tidak terlalu dekat dengan PDI Perjuangan,” kata Mikhael Bataona, di Kupang, Sabtu (3/8/2019).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan peluang PKS sebagai salah satu parpol pendukung Prabowo-Sandi masuk dalam koalisi pendukung Pemerintahan Jokowi-Amin.
Menurut dia, perbedaan ideologi perjuangan dengan PDI Perjuangan dan beberapa partai lain pendukung Jokowi-Amin inilah yang akan membuat PKS sulit untuk bergabung dalam pemerintahan.
Artinya, PKS akan tetap berada pada barisan oposisi, walaupun kemudian partai-partai pendukung Prabowo-Sandi, termasuk Gerindra, harus bergabung dalam koalisi Jokowi-Amin.
“Jadi memaksakan PKS untuk masuk dalam pemerintahan saya kira tidak sehat,” kata dosen Ilmu Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unwira Kupang itu.
Dia menambahkan, ibarat sepak bola, pemerintah itu sebuah klub yang membutuhkan lawan tanding.
Klub lawan tanding yang bisa menguji bagus tidaknya skill dan profesionalitas pemerintah dalam mengolah negara adalah mereka yang kalah dalam kontestasi elektoral kemarin.
“Ini penting demi sehatnya demokrasi kita. Bayangkan saja jika semuanya masuk dalam pemerintahan. Maka apa jadinya kekuasaan itu. ‘Lord Acton’ memperingatkan ratusan tahun silam bahwa kekuasaan itu cenderung korup,” katanya pula.
Artinya, jika tanpa pengawasan dan kritik, kekuasaan Jokowi juga bisa mengarah pada ‘abuse of power’ atau penyalagunaan kekuasaan, kata Mikhael Bataona yang juga pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik pada FISIP Unwira itu.
“Karena itu, posisi parpol yang kalah dalam kontestasi elektoral 2019 seperti Gerindra, PKS, Demokrat, dan juga PAN akan sangat penting dalam lima tahun ke depan, demi sukses Pemerintahan Jokowi serta keberhasilan konsolidasi demokrasi kita,” katanya pula. (ant)
Editor: Hariyawan