SUKABUMI,bipol.co – Bagi Suniti (63), perjalanan waktu sepanjang 39 tahun tidak terasa. Selama waktu hampir empat dasa warsa, warga Kampung Joglo, Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi itu mengais rezeki dari tumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Cikundul.
Dari perjuangan dan kerja kerasnya di tengah lautan sampah, Suniti bersama suaminya bisa membangun rumah dan menyekolahkan anak-anaknya.
“Memang berat mengandalkan penghasilan dari mengais sampah. Penghasilan kami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang layak. Kami pun harus gali lubang tutup lubang,” kata Suniti ketika ditemui di tengah kegiatan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di TPA Cikundul, Rabu (6/3/2019).
Suaminya sendiri bekerja sebagai sopir armada pengangkut sampah di TPA Cikundul. Perpaduan pekerjaan pemulung sampah dan sopir pengangkut sampah dalam keluarga Suniti tidak menjadikannya hidup berkecukupan.
“Sampah menjadi andalan hidup saya untuk bisa hidup dan menafkahi keluarga,” tuturnya.
Sebagaimana jalur kehidupan lainnya, menjalani usaha pemulung sampah banyak suka dan sukanya. Di antara suka yang pernah dialaminya, Suniti pernah menemukan perak seberat 3 gram di tengah tumpukan sampah. Dia menjual perak tersebut ke pasar untuk dibelikan makanan.
Dalam sehari Suniti bisa mendapatkan sampah untuk dijual kembali ke pemasok sebanyak 30-40 kg. Sampah-sampah tersebut disimpan dan setelah satu minggu dijual ke pengumpul. Jenis sampah yang laku dijual antara lain plastik, kaleng susu bekas, besi, dan logam lainnya. Bukan hanya Suniti, anak-anaknya pun sudah lama ikut membantu keluarga menjadi pemulung sampah.
Karena hasil dari pejualan sampah diperoleh mingguan, Suniti sering kasbon ke pemasok untuk makan sehari-hari keluarganya. “Biar tetap hidup, saya suka kasbon ke pengumpul untuk membeli beras dan lauk-pauk. Gajiannya seminggu sekali, jadinya gali lubang tutup lubang,” ujarnya.[Fir]