JAKARTA.bipol.co – Calon wakil presiden Sandiaga Uno, dalam debat yang digelar Minggu malam (17/3), mengusulkan agar masyarakat berolahraga 22 menit setiap hari. Olahraga teratur, menurut dia, menjadi salah satu upaya menjaga kesehatan tubuh sehingga bisa mengurangi biaya kesehatan yang ditanggung pemerintah.
Namun, apakah 22 menit berolahraga sudah tepat? Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan orang dewasa berusia 18-64 tahun melakukan aktivitas fisik intensitas sedang setidaknya 150 menit selama seminggu. Pilihan lainnya, 75 menit beraktivitas fisik intensitas tinggi per minggu atau kombinasi yang setara antara intensitas sedang dan tinggi.
Agar target 150 menit per minggu tercapai, seseorang bisa melakukan 30 menit aktivitas fisik intensitas sedang selama lima kali per minggu. Jenis aktivitas fisik beragam mulai dari berjalan, menari, hingga berenang. Olahraga seperti yang Sandiaga anjurkan, merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan meningkatkan kebugaran tubuh.
Dokter Lula Kamal mengatakan, 30 menit merupakan waktu minimal. Bagi mereka yang baru memulai beraktivitas fisik, sebaiknya tak perlu langsung berolahraga selama itu. “Yang terbaik ya sekuatnya, kalau belum pernah olahraga belum tahu keluhan dan lainnya. Walaupun 30 menit itu minimal ya,” ujar Lula, Senin (18/3/2019).
Lalu, bagaimana mengukur intensitas aktivitas fisik? Dokter yang menangani timnas sepak bola wanita Indonesia di Asian Games 2018, Grace Joselini pernah mengatakan talk test bisa menjadi alat ukur. Jika seseorang masih mampu bernyanyi saat melakukan suatu jenis olahraga, berarti masuk kategori ringan.
Tetapi, bila dia sudah kesulitan bernyanyi namun masih bisa berbicara, maka olahraga yang dilakukan masuk intensitas sedang.**
Antara
Editor Deden .G Pandawa