SOREANG, Bipol.co | Meski dalam kondisi pandemi Covid 19, Perusahaan Umum Daeràh PT Bank Perkereditan Rakyat (BPR) Kerta Raharja, tetap bisa bertahan. Bahkan BPR Kerta Raharja mengalami peningkatan dari sisi aset.
“Pandemi Covid 19 ini merupakan wabah mengglobal, termasuk di Kabupaten Bandung ini, namun alhamdulillah BPR Kahupaten Bandung tidak terlalu terganggu,” kata Direktur Kepatuhan PT BPR Kerta Raharja, H. Beni Subarsyah SE. M.M, kepada wàrtawan, di Soreang, Selasa (8/12/2020).
BPR bisa tetap eksis di tengah pandemi, tutur Beni Subarsyah, tak lepas pula karena dorongan kebijakan pemerintah daerah pada saat ini. Terutama dengan dibukanya kembali tempat-tempat usaha, seperti pariwisata serta usaha mikro kecil dan menengan (UMKM) serta pabrik-pabrik, sehingga membuat BPR terangkat.
“Karena situasi ekonomi, khususnya UMKM di Kabupaten Bandung saat pandemi relatif stabil dibanding dengan kabupaten-kabupaten lain. Sehingga BPR tidak terlalu terganggu karena kita fokus pada UMKM. Itu karena kebijakan pemerintah daerahnya, beda dengan daerah lain yang menutup sektor-sektor ekonomi riil yang berhubungan langsung dengan masyarakat kecil,” ucap Beni Subarsyah.
Hanya saja kaitan NPL, kata Beni, Kantor Regional 2 OJK di Jawa Barat ini sekarang NPLnya sangat terganggu. Sehingga 60% BPR yang ada di Jawa Barat ini NPL-nya di atas 20%. “Itu hasil kemarin kita rapat kerja dengan OJK Regional 2, yang menyatakan bahwa BPR ini sangat terpengaruh oleh adanya pandemi global. Alhamdulillah di Kabupaten Bandung ini dengan kebijakan, pemerintah daerah dalam hal ini bupati selaku pemegang saham mayoritas BPR ini sangat terbantu,” ucap Beni.
Pihak BPR sendiri, tutur Beni, terus melakukan upaya pembinaan terhadap para pengusaha mikro dan ekonomi kreatif hampir di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung. Termasuk ekonomi ekonomi kreatif di Ciwidey, Pangalengan, Banjaran, Nagreg, Majalaya dan lainnya.
“Juga ada binaan binaan terhadap ciri khas produk-produk lokal di Kabupaten Bandung, yang memang menjadi priorilitas kita. Kemudian kita kuga melakukan sosialisais atau seminar, namun saat ini belum bisa secara tatap muka, dan hanya melalui para petugas lapangan, kerjasama dengan pemeritahan desa, Bumdes serta koperasinya, oiya huat para pelaku UMKM,” kata dia.
Selain itu, untuk menarik para nasabah saat ini BPR mengeluarkan produk-produk baru di perkreditan yang melalui kuliner milenial. Kemudian BPR juga memberikan suku bunga sangat rendah hanya 3% per tahun, khususnya bagi pinjaman Rp 1,5 juta ke bawah , yang betul-betul para pelaku ekonomi kecil, yang bergerak pada perekonomian yang ada di desa.
“Kita fasilitasi untuk mendapatkan permodalan, untuk mencegah menjamurnya pelepas uang yang memang suku bunganya cukup mencekik masyarakat. Kami juga berharap peran media selaku sosial kontrol, membantu untuk memberikan literasi kepada masyarakat untuk mendapatkan modal ini, tolong dianjurkan untuk mendapatkannya dari lembaga-lembaga yang resmi yang diawasi oleh OJK,” papar Beni.
BPR, lanjut dia, bisa kuat karena nasabah BPR hampir seluruhnya pelaku UMKM. “Karena kita ini plafon kreditnya kecil-kecil, tetapi banyak,”ujar dia.
Total nasabah BPR saat ini mencapai 19 ribu lehih atau secara nominal mencapai Rp 236 miliar yang sudah bergulir terus di masyarakat. “Sementara target 2020 insyaAllon hasil usaha antara Januari-Desenber 2020 bisa menyetor terhadap PAD sesuai target sebesar Rp 1,8 miliar dimasa pandemi. “Pada usaha 2019 kita bisa menyetor Rp 3 miliar lehih dan dimasa pandemi diharapkan bisa menyetor Rp 1,8 miliar lebih. Total aset Rp 335 miliar dalam kurun waktu 10 tahun,” imbuhnya.(deddy)