BOGOR.bipol.co – Wali Kota Bogor Bima Arya siap menjajaki sejumlah peluang kerjasama dengan investor asal Inggris dalam kegiatan yang digagas oleh British Chamber of Commerce di Ayana MidPlaza Hotel, Jalan Jend Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (29/2/2019). Bima Arya mengungkapkan kerjasama yang dimaksud akan dilakukan di bidang lingkungan hidup, di mana sampah plastik yang menjadi persoalan di Kota Bogor akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar solar. Saat ini masih tahap penjajakan dan jika tidak ada aral melintang akan direalisasikan tahun ini juga.
“Kota Bogor dipercaya sebagai yang pertama di Indonesia untuk kerjasama ini karena dinilai konsern dalam pengurangan sampah plastik. Saya berharap ini bisa berjalan dan berhasil mengurangi sampah yang ada di Kota Bogor,” ungkap Bima.
Menurutnya, produksi sampah di Kota Bogor saat ini ada di angka 650 ton per hari. Di mana, 13 persen diantaranya merupakan sampah plastik. “Kami menyambut baik. Bagi kami, bukan hanya sekedar mengurangi penggunaan kantong plastik, tapi yang sudah menjadi sampah pun akan kita olah juga menjadi energi yang bernilai ekonomi. Tidak hanya di hulunya saja, kita akan olah juga di hilirnya,” jelas dia.
Sementara itu, Advisor Plastic Energy asal Inggris, Kirk Evans, mengungkapkan dipilihnya Kota Bogor sebagai yang pertama untuk menerapkan teknologi pengurangan sampah plastik ini karena sinergi antara Pemerintah Kota Bogor dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sangat baik.
“Kami melihat Gubernur Ridwan Kamil dengan Wali Kota Bima Arya sangat match ya. Itu sangat penting bagi kami. Dengan Jawa Barat akan ada kolaborasi untuk lihat lima kota dalam mengurangi plastik. Kita lihat sampah plastik yang tidak ada harganya dibuang dibuang ke sungai, di jalanan, bungkusan dan segala macam. Nantinya sampah plastik itu kita akan bikin fuel solar. Perkiraan kami 1 kilogram plastik bisa menghasilkan 0,8 liter solar atau sekitar 860 liter untuk 1 ton sampah plastik,” jelas Kirk.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga menyambut baik kerjasama ini dan berkomitmen akan menjaga kelancaran bisnis dengan baik. “Semua dana dari swasta. Pemerintah hanya lahannya saja karena nanti sampahnya akan jadi duit. Jadi sama-sama untung,” ujar pria yang akrab di sapa Kang Emil ini.
Kang Emil menambahkan, kota pertama yang menjadi lokasi pengolahan limbah plastik yaitu Bogor. Pemilihan Bogor sebagai lokasi pilot project sejalan dengan komitmen Pemerintah Kota Bogor yang mencanangkan diet kantong plastik. Setidaknya ada empat limbah plastik yang akan dibangun menjadi pembangkit bahan bakar ramah lingkungan di sejumlah wilayah Jawa Barat. Setiap pembangkit bahan bakar memiliki nilai investasi 40 juta dolar AS atau sekitar Rp 580 miliar. (dgp)