CIANJUR, bipol.co – Keluarga Engkan (72), warga Kampung Lemburtengah RT 02/05, Desa Cinerang, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, hidup cukup memprihatinkan.
Di tengah keterbatasan fisik karena lengan kanannya buntung, Engkan harus menghidupi istri dan anaknya yang masih bersekolah.
Saat ini keluarga itu tinggal di sebuah gubuk berukuran sekitar 3×3 meter persegi. Lokasinya berada di areal kebun milik warga. Setiap petang menjelang malam, keluarga itu harus menyalakan lampu tempel karena rumah mereka tak memiliki sambungan listrik.
Engkan sudah tak memiliki harta lagi. Bangunan rumah dan tanah yang dulu sempat dimilikinya terpaksa dijual untuk membiayai pengobatan istrinya karena mengalami kebutaan pada 2012.
Sejak saat itu keluarga tersebut terlunta-lunta. Mereka akhirnya mendapatkan sebuah gubuk berbahan bilik bambu di lahan kebun milik warga.
“Waktu itu saya jual saja rumah dan tanah karena istri butuh biaya untuk mengobati kebutaan,” kata Engkan, Rabu (6/3/2019).
Sejak dua tahun lalu keluarga itu menempati gubuk itu. Engkan mengaku tak mempermasalahkan kondisi tempat tinggalnya yang sementara itu.
“Ini juga kan milik orang lain,” ucapnya.
Sayangnya, kondisi keluarga yang morat-marit itu tak dibarengi dengan penyaluran bantuan dari pemerintah. Selama ini Engkan mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan apapun.
“Kami mah ikhlas saja. Yang penting bisa makan dan tak kepanasan atau kehujanan. Tidak ada listrik juga nggak apa-apa, masih ada lampur cempor (lampu tempel),” jelasnya.
Dari hasil pernikahannya dengan Suminar, keluarga itu dikarunia dua orang anak. Anak pertama mereka sudah berumah tangga. Sedangkan anak bungsu mereka, Siti Nurasiah (15) masih duduk di bangku SMP.[And]