JAKARTA.bipol.co – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (22/3/2019), berpotensi menguat seiring fokus pasar yang masih terimbas sentimen kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) dan perang dagang.
Kurs rupiah sendiri pagi ini dibuka melemah 18 poin menjadi Rp14.158 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.140 per dolar AS.
“Fokus investor global masih pada Amerika Serikat terkait the Fed dan trade-deal antara AS-China,” kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat.
Dari Eropa, Uni Eropa (UE) memberi batas waktu untuk Inggris melakukan Brexit pada 12 April 2019 kendati tidak ada kesepakatan dengan catatan jika Withdrawal Agreement tidak disetujui oleh House of Commons pada minggu depan, tetapi jika disetujui maka diberikan perpanjangan waktu hingga 22 Mei 2019.
Beberapa waktu lalu, Perdana Menteri Inggris Theresa May juga gagal meyakinkan Parlemen Inggris terhadap proposal Brexit dalam dua kali pengambilan suara. Ada kemungkinan Inggris akan keluar dari Uni Eropa (UE) tanpa kesepakatan.
“Namun demikian krisis Brexit ini tidak memberi pengaruh signifikan pada pergerakan pasar global,” kata Lana.
Dari domestik, sentimen positif datang yaitu Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang pada Kamis (21/3) kemarin memutuskan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate tetap 6 persen, begitupun untuk deposit facility tetap 5,25 persen, dan lending facility 6,75 persen.
BI juga menyatakan tetap melakukan kebijakan akomodatif untuk mendorong perbankan menyalurkan kredit. Lana memperkirakan, rupiah pada hari ini akan bergerak menguat menuju kisaran antara Rp14.100 sampaiRp14.140 per dolar AS. (ant)
Editor Deden .GP