KAB. BANDUNG.bipol.co – Dalam menerapkan Program “Bandung 1000 Kampung”, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengakui, pada proses pelaksanaanya memang memerlukan waktu. Konsep yang terkandung dalam program tersebut diantaranya untuk membangun dan menata 1.000 kampung di seluruh wilayah Kabupaten Bandung.
Program Bandung 1000 Kampung, fokus terhadap grand desain pembangunan berbasis kampung dengan penataan ruang yang lebih baik.
Keberadaan Kampung Seni dan Budaya di Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah, bisa menjadi salah satu perwujudan nyata dari konsep yang tertuang dari program itu. Selain lukisan, tempat tersebut merupakan pusat makanan sunda, sentra pembuatan wayang golek dan sejumlah dalang ternama yang berasal dari sana, sebut saja Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya.
Kabupaten Bandung memiliki Jelekong sebagai kampung seni sekaligus sentra penghasil lukisan terbesar di Jawa Barat. Harga lukisan dari Jelekong terbilang murah, namun tidak murahan. Bahkan kualitasnya bisa bersaing dengan lukisan seniman kelas dunia.
Iman Budiman, Ketua Sanggar Lukis Jelekong dan Ketua Yayasan Pendidikan Seni Budaya Jelekong mengungkapkan, lukisan Jelekong terbagi menjadi dua kelas yaitu industri dan karya. Kelas industri dijual berkisar mulai ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Sedangkan kelas karya dijual berkisar mulai 1 hingga 60 jutaan.
“Di Asia terdapat dua Kampung Seni Lukis, di Cina dan di Jelekong ini. Masing-masing memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda. Lukisan Jelekong dibagi menjadi dua kelas yaitu industri dan karya. Kelas industri digarap secara cepat, dengan bahan baku semurah mungkin untuk meminimalisir beban biaya produksi,” ungkap Iman Budiman.
Untuk kelas karya menurut Iman, pelukis Jelekong harus lebih banyak mengikuti event seperti pameran. Dengan seringnya mengikuti event, para peminat atau kolektor seni akan mengenal bahwa Jelekong memiliki seniman-seniman lukis yang mampu bersaing dengan seniman akademisi.
“Sedangkan di kelas industri, kami telah memiliki pasar di kota-kota besar di Indonesia. Sekitar 70% kami pasarkan di Bali, 30% di kota-kota di kepulauan lainnya seperti Jakarta, Medan, Pekanbaru dan lain-lainnya,” sebut pria yang akrab dipanggil Kang Iman itu.
Tahun kemarin, terang dia, 20 pemuda Jelekong dari tiap RW disekolahkan ke Selasar Soenaryo. Kebanyakan mereka beraliran realis namun setelah disekolahkan muncul beragam aliran. Salah satu karya yang cukup membanggakan yaitu 1000 lukisan berbahan dasar sampah.
”Ilmu itu bisa ditularkan kepada siapapun tanpa ada batasan, dan itu tengah kami lakukan sampai saat ini. Nah setelah disekolahkan, kini aksinya sudah mulai nampak,” katanya pula.
Karya mereka, yaitu 1.000 lukisan yang terbuat dari sampah organik dan anorganik, masuk rekor dunia saat acara Program Kota 1.000 Terang yang berlangsung di Dome Balerame Soreang 2018 belum lama ini. “Karya berbahan dasar sampah itu terilhami saat Sungai Citarum viral sebagai sungai paling tercemar di dunia. Sebagian besar sudah terjual, pembelinya kebanyakan dari pihak perhotelan,” terang Kang Iman.
Kreatifitas ini, mendapat apresiasi tinggi dari Bupati Bandung H.Dadang M.Naser. Melukis dengan bahan baku sampah, menurut bupati selain dapat menghidupkan Kampung Lukis Jelekong, juga dapat membantu pemerintah daerah untuk mengurangi sampah.
“Tidak hanya bertumpu pada sisi ekonomis, namun para pelukis Jelekong ini ikut peduli pada persoalan lingkungan yang tengah dihadapi oleh pemerintah. Dengan kreatifitasnya ini secara tidak langsung ikut mendukung program Citarum Harum”, ujar Dadang Naser.
Bupati menjelaskan, Kabupaten Bandung memiliki target menuju Bandung Bersih Sampah Tahun 2020. Dengan menggulirkan beberapa program sebagai penanganan lingkungan berupa optimalisasi upaya konservasi dan pengembangan kampung.(rls)
Editor Deden .GP