BIPOL.CO, JAKARTA – Pasukan Israel (IDF) dilaporkan maju lebih dalam ke wilayah Lebanon selatan, sejak Kamis (14/11/2024).
Dalam pergerakan invasinya, IDF dilaporkan menghadapi perlawanan berat dari pertempuran Hizbullah.
Bentrokan yang kian sengit ini terjadi beberapa hari setelah Tel Aviv mengumumkan perluasan operasi daratnya di Lebanon.
Dikutip dari Yrobunnews.com, media Israel, Times of Israel mengatakan tentara telah mencapai “garis kedua”, desa-desa Lebanon di seberang perbatasan.
Adapun media Al Mayadeen melaporkan pada Kamis 14 November, kalau pasukan Israel terlibat dalam “pertempuran sengit” di daerah-daerah baru yang mereka masuki.
Lokasi kontak senjata ini di area agresi IDF ini terletak antara lima dan sepuluh kilometer dari perbatasan.
Hizbullah melaporkan Kamis pagi kalau para petempurnya menargetkan “pertemuan pasukan tentara musuh Israel di pinggiran timur kota Markaba, dengan rentetan roket, dan mencapai korban yang dikonfirmasi di antara barisan mereka.
Dikatakan sebelumnya kalau mereka meluncurkan roket ke pasukan Israel antara Markaba dan Houla, dan di pemukiman Sasa di Galilea.
Belum Kuasai Desa Mana Pun di Lebanon
Pasukan Israel telah mengambil kerugian besar dalam operasi darat sejak menembus wilayah Lebanon pada awal Oktober, dan belum dapat mengambil kendali penuh atas desa mana pun.
Menurut Ruang Operasi Hizbullah, lebih dari 100 tentara telah tewas dan lebih dari 1.000 terluka, bersama dengan penghancuran puluhan tank dan kendaraan militer IDF.
Tentara Israel melaporkan pada Rabu kalau mereka telah pindah ke fase kedua dari operasi daratnya di Lebanon selatan. Ia mengklaim mencapai “target baru” milik Hizbullah.
Perusahaan Penyiaran Israel (KAN) mengatakan pada 14 November kalau perluasan operasi darat di Lebanon “sangat terbatas.
Lebanon Banjir Darah Brigade Golani
Pada awal Oktober, koresponden Al Mayadeen Ali Mortada melaporkan kalau tujuan Hizbullah bukan untuk menggagalkan kemajuan pasukan Israel selama agresi darat, melainkan untuk menarik mereka jauh ke dalam wilayah Lebanon dan menyergap mereka
Tentara Israel dari unit infanteri Brigade Golani berjalan keluar dari Jalur Gaza Palestina dekat Kibbutz Ein Hashlosha selama badai pasir setelah operasi di dalam Gaza, 17 Oktober 2007.
Sejumlah tentara Israel tewas dalam penyergapan Hizbullah pada 13 November.
Tentara Israel mengakui kematian enam tentara.
Menurut Sky News Arabia dan laporan lainnya, sembilan orang IDF tewas.
Penyergapan tersebut menargetkan Divisi ke-51 dari Brigade Golani IDF.
“Sekali lagi, pukulan di perut; pada awalnya, berita bahwa ada peristiwa di Lebanon selatan, maka Anda mengetahui bahwa ada prajurit IDF tewas di sana, lalu jumlah orang tewasmenjadi jelas, dan akhirnya Anda menemukan bahwa yang tewas itu adalah dari Brigade Golani,” tulis jurnalis Israel Yoav Limor untuk surat kabar Israel Hayom.
“Tanah Lebanon telah direndam darah generasi pejuang Golani. Perjalanan (agresi militer) berkabung ini, melewati keluarga, rumah dan pemukiman, menimbulkan sejumlah pemikiran, dan pemikiran pertama yang jelas adalah: untuk berapa lama? Ada kesenjangan antara deklarasi kemenangan dan kenyataan di lapangan, disorot oleh peristiwa baru-baru ini,” tambahnya.
Media Israel itu mengkonfirmasi pada Kamis bahwa “tidak ada akhir yang terlihat untuk perang, dan bahkan ketika itu berakhir, itu akan berlanjut dalam berbagai bentuk dan di sektor lain.
Laporan media juga menekankan beberapa masalah yang berkaitan dengan pemukim dan “tempat tinggal” mereka, dengan pertanyaan utama yang diajukan oleh media Israel: Berapa lama perang ini akan berlangsung?
Media Israel juga mencatat poin kedua mengenai Brigade Golani, yang telah dikerahkan di Jalur Gaza dan Lebanon, menyoroti bahwa “ongkos yang harus ditanggung atas keterlibatannya makin tinggi curam, dan jajarannya (personel Brigade Golani) makin berkurang.”
Laporan media Israel itu juga mencatat kalau Brigade Golani, unit paling penting dalam tentara Israel, menghadapi kekurangan pejuang yang signifikan.
“Lebanon direndam oleh darah generasi tentara Brigade Golani,” kata laporan tersebut.
Ulasan tersebut menelusuri pengorbanan para petinggi Brigade Golani yang rontok di tanah Lebanon mulai dari Goni Harnik, yang jatuh dalam invasi 1982 ke Lebanon di Kastil Beaufort, hingga Erez Gerstein, yang memimpin unit penghubung selama tahap akhir pendudukan Israel di Lebanon selatan.
Mereka juga menyebutkan Roi Klein, wakil komandan Batalyon ke-51, yang tewas di Bint Jbeil selama perang 2006.
Media Israel melaporkan bahwa kerugian terbaru diumumkan pada hari Rabu ketika juru bicara militer Israel melaporkan pembunuhan seorang komandan peleton dan lima tentara lainnya dari Batalyon ke-51 selama konfrontasi di Lebanon selatan.(*)