BANDUNG,bipol.co – Langkah Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menjadikan Situ Rawakalong sebagai destinasi wisata di Kota Depok tahun ini terkesan dipaksakan. Bahkan lelang manajemen konstruksi di Unit Layanan Pengadaan (ULP) terancam gagal.
Hal tersebut diutarakan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat, Daddy Rohanady dalam keterangan tertulisnya kepada bipol.co, Senin (13/5/2019). Daddy menilai, penanganan Situ Rawakalong akan gagal total.
Dijelaskannya, Situ Rawakalong adalah salah satu situ di daerah Kota Depok yang oleh Gubernur Ridwan Kamil akan dikembangkan menjadi destinasi wisata di Jawa Barat. Seperti diketahui bersama, Ridwan Kamil akan menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber utama pendapatan asli daerah (PAD). Pada tahun 2019 ada sejumlah besar anggaran yang dialokasikan dari APBD Provinsi Jabar untuk membenahi situ tersebut. Sayangnya, proses yang ada tidaklah semulus yang diharapkan.
“Penanganannya bisa gatot (gagal total-red). Bagaimana mungkin sukses kalau di lokasi yang sama sedang dilakukan pekerjaan pengerukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)?,” ujar Daddy yang juga Sekretaris Fraksi Partai Gerindra itu.
Diungkapkannya, dilihat dari maket Situ Rawakalong akan dibuat jogging track dan plaza. Sayangnya, sejumlah masalah sudah kelihatan. Misalnya, kondisi eksisting situ yang penuh karamba dan wilayah sekitar juga sudah kumuh. Sementara itu pekerjaan sudah diburu waktu.
“Itu semua menunjukkan perencanaan yang belum matang. Bahkan, hingga saat ini, lelang MK (manajemen konstruksi) di ULP saja terancam gagal,” tandas Daddy.
Dari kondisi yang ada, Daddy melihat memang agak mustahil pengembangan Situ Rawakalong yang direncanakan menelan biaya Rp30 miliar tersebut bisa terwujud tepat waktu.
“Sangat tidak mungkin dua pekerjaan dilakukan bersamaan di lokasi yang sama. Mengapa? Karena BBWS sedang melakukan pengerukan situ tersebut, padahal UPTD harus melakukan pembangunan di atasnya,” kata Wakil Gerindra asal daerah pemilihan Cirebon-Indramayu tersebut.
“Intinya, perencanaan belum matang tetapi dipaksakan. Sebagai catatan saja, ke depan tidak boleh ada lagi pekerjaan dengan tahapan semacam ini. Jangan sampai banyak pekerjaan gatot (gagal total),” tambah Daddy.**
Editor : Herry Febriyanto