JAKARTA.bipol.co – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini diprediksi sedikit melemah setelah dua hari berturut-turut menguat. Kurs rupiah pada Jumat pagi menguat 61 poin atau 0,43 persen menjadi Rp14.122 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.183 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat (21/6/2019), mengatakan penguatan mata uang utama Asia seperti dolar Hong Kong dan dolar Singapura terhadap dolar AS bisa menjadi sentimen penguatan rupiah hari ini. “Tetapi rupiah sudah menguat dalam dua hari ini, kemungkinan hari ini sedikit melemah,” ujar Lana.
Dari domestik, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin memutuskan suku bunga 7 Days Reverse Repo Rate tetap sebesar enam persen, begitupun suku bunga fasilitas deposito dan pinjaman juga tetap.
Keputusan tetap ini dengan mempertimbangkan potensi transaksi berjalan yang defisitnya bisa melebar pada kuartal II 2019, walaupun BI perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2019 akan melambat akibat kinerja ekspor yang turun.
Keputusan tetap ini juga mempertimbangkan keputusan Fed Fund Rate (FFR) yang tetap oleh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), pada pertemuan FOMC 18-19 Juni 2019. Dengan demikian BI menjaga selisih (spread) suku bunga BI dengan FFR tetap. Namun, BI mensinyalkan ruang suku bunga turun masih terbuka yang kemungkinan akan diambil ketika ada konfirmasi suku bunga The Fed turun.
Lana memprediksi rupiah hari ini berpotensi melemah menuju kisaran antara Rp14.180 sampai Rp14.200 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat ini menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp14.116 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.236 per dolar AS. (ant)
Editor Deden .GP