BANDUNG, bipol.co – Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat menyebut telah terjadi perubahan jenis penyakit yang biasa menghantui jamaah haji, dari menular ke tidak menular. Biasanya, jamaah haji kerap dihantui berbagai penyakit seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Hepatitis. dan Meningitis.
Kepala Dinkes Jabar, Berli Hamdani Gelung Sakti, mengungkapkan pergeseran penyakit dari menular ke tidak menular dikarenakan adanya vaksin yang mampu menangkal penyakit-penyakit tersebut. Terlebih, jamaah haji Indonesia termasuk Jawa Barat telah mendapat vaksin lengkap, mulai dari vaksin flu dan vaksin tifoid.
“Jadi sekarang bergeser ke penyakit tidak menular, misalnya hipertensi, faktor usia, dan faktor kegemukan. Ada juga yang baru ketahuan menderita kanker dan sebagainya,” ungkapnya di Bandung, Kamis (4/7/2019).
Berdasarkan data yang dihimpun Dinkes Jabar, sebanyak 67 persen jamaah haji Jabar masuk dalam klasifikasi risiko tinggi (Risti) penyakit tersebut. Namun, Berli memastikan, saat manasik haji dan tes kebugaran, berbagai penyakit jamaah akan didata dan dimasukkan dalam buku kesehatan.
“Mudah-mudahan para jamaah ini mau bekerja sama karena mereka juga harus menyampaikan data kesehatan mereka di embarkasi sampai ke Tanah Suci dan kemudian pulang lagi,” ujarnya.
Selain itu, Berli mengimbau kepada jamaah haji yang masuk klasifikasi Risti maupun tidak, tetap memeriksakan kesehatan secara berkala atau bila perlu setiap hari. Terlebih, cuaca di Tanah Suci saat ini sedang berada dalam kondisi ekstrem, suhu udara sangat dingin pada malam hingga pagi hari.
“Siang juga panas sekali, apalagi pas wukuf, jumrah. Dari maktab ke masjid itu waktu-waktu krusial, harus banyak minum. Istirahat cukup. Bukan berarti tidur, berbaring saja minimal dua jam sekali,” ujar Berli.**
Reporter: Iman Mulyono
Editor: Hariyawan