BANDUNG, bipol.co – Rekayasa lalu-lintas kawasan yang mulai diberlakukan pada Kamis (11/7/2019) mendapat respon negatif dari masyarakat. Mereka merasa kebingungan dan dirugikan dengan adanya rekayasa ini.
Vikri Holid (25) mengatakan dirinya merasa bingung dengan adanya rekayasa lalin ini. Menurutnya, rekayasa ini juga menyebabkan kemacetan di Fly Over Pasupati.
“Sebenarnya masih bingung aja sih, gitu. Biasanya ‘kan dari sini langsung aja ke sana (Cipaganti), ini harus ke sebelah sini, jadi masih bingung aja,” kata Vikri di Jalan Pasteur Bandung. Kamis (11/7/2019)
Ia menuturkan, biasanya untuk sampai ke kampus yang terletak di Jalan Setiabudhi dirinya membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan. Namun dengan adanya rekayasa ini dirinya memerlukan waktu lebih lama untuk sampai ke tempat tujuan.
“Dari Jatinangor, biasanya satu jam, hanya di Cicaheum macet, di sini macet, satu jam baru sampai sini,” ujarnya.
Oky, salah satu pengemudi angkutan online juga mengeluhkan dengan adanya rekayasa lalin ini. Menurutnya, dirinya mendapat kritik dari pemesan karena terlambat dalam pejemputan penumpang.
“Penumpang pengennya cepet-cepet, sedangkan kita harus muter-muter nyari jalan. Pemerintah efektifkan atuh harusnya, jalannya,” katanya.
Oky juga meminta agar perubahan jalur tidak dilakukan karena dirasa tidak akan dapat memberikan dampak signifikan dalam mengurai kemacetan. Menurutnya, selain tidak berdampak, rekayasa ini membuat biaya perjalanan semakin meningkat.
“Mending dua jalur daripada satu jalur. Masih tetap macet enggak ada efektifnya. Ongkos tetep lagi, coba kalau ongkos dinaikin,” keluhnya.**
Reporter: Rahmat Kurniawan
Editor: Hariyawan