BANDUNG.bipol.co – Pemerintah Kota Bandung akan terus mendukung Komunitas Edan Sepur Indonesia yang selama ini sudah berkontribusi menciptakan budaya disiplin di perlintasan kereta api. Pasalnya, budaya disiplin di perlintasan kereta api masih menjadi persoalan.
Wakil wali kota mengakui, selama ini disiplin di perlintasan kereta api yang melewati jalan raya masih menjadi persoalan, tanpa terkecuali di Kota Bandung. Menurutnya, pelanggaran ini tidak boleh dibiarkan berlarut karena bisa mengakar menjadi kebiasaan.
Untuk itu, ia sangat menyambut gembira hadirnya Komunitas Edan Sepur Indonesia di Kota Bandung. Komunitas ini ikut menegakan disiplin khusus di perlintasan kereta api.
“Pemkot Bandung mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada teman-teman. Memang perlintasan kereta ini domain PT. KAI tapi tempatnya ada di Kota Bandung,” katanya.
Wakil wali kota memaparkan, selama ini banyak para pengendara masih menganggap sepele aturan di perlintasan kereta api. Sehingga acap kali melanggar lantaran sudah merasa aman. Padahal rambu di perlintasan dibuat demi keselamatan masyarakat sendiri.
“Ini semata-mata kan untuk ketertiban dan keamanan warga juga. Mungkin sanksi sosial lebih mengena. Silhkan dipikirkan apa yang pas. Kita senang teman-teman juga bisa menjembatani karena memang perlintasan seperti di Laswi atau Ahmad Yani, Cikudapateuh dengan Garuda. Itu rawan kecelakaan,” bebernya.
Lebih lanjut, wakil wali kota memotivasi para anggota Komunitas Edan Sepur Indonesia untuk terus menjalankan programnya. Kendati masalah di lapangan kerap menjadi hambatan, ia meyakini kolaborasi komunitas dan pemerintah akan selalu membuahkan hasil positif.
“Kuncinya memang konsistensi. Nah kalau teman-teman konsisten, kita ajak Dishub dan Satlantas. Saya sudah bicara dengan Kapolrestabes Bandung. Kita harus konsisten juga menindaknya,” ungkapnya.
Sementara itu, Humas Komunitas Edan Sepur Indonesia wilayah Kota Bandung, Abdullah Putra Gandhara menuturkan, upaya menegakan budaya disiplin di perlintasan kereta api telah dimulai sejak komunitas ini terbentuk pada 2014 silam. Setiap satu minggu sekali komunitas rutin turun ke perlintasan kereta api di lima titik jalan raya di Kota Bandung. Biasanya mulai pukul 15.00 WIB sampai 18.00 WIB.
“Biasanya kasih imbauan dengan pengeras suara atau poster. Kita sedang bersama polisi, biasanya langsung ditilang jika ada yang melawan arus,” kata Abdullah. (rls)
Editor Deden .GP