JAKARTA, bipol.co – Evi Apita Maya (44) meraih suara terbanyak di NTB dan lolos sebagai senator. Adapun inkumben, Prof. Dr. Farouk Muhammad, yang juga Wakil Ketua DPD, hanya ada di posisi ke,lima sehingga gagal kembali ke Senayan.
Ternyata kasus itu berbuntut panjang. Farouk menuding Evi mengedit foto secara berlebihan di alat peraga kampanye, termasuk di kertas suara sehingga pemilih terkecoh. Namun, foto itu tidak muncul secara serta merta, sebab foto itu telah seizin KPU.
“Itu antarpenyelenggara dengan yang bersangkutan,” kata komisioner KPU, Ilham Saputra, dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK) sebagaimana dilansir dalam risalah MK, Jumat (19/7/2019).
Menurut Ilham, sebelum naik cetak ke kertas suara, masing-masing calon diminta ulang mencocokkan foto yang akan naik cetak. Apakah sudah benar atau tidak.
“Jadi, memang ketika itu kita sebelum menetapkan untuk DCT, untuk kita tetapkan surat suara, itu kita berikan kesempatan kepada masing-masing liaison officer untuk memastikan bahwa benar fotonya seperti ini, jadi agar ini kemudian tidak ada keberatan-keberatan lain ketika surat suara (dicetak-red),” papar Ilham.
Lalu bagaimana dengan keberatan Farouk atas foto Evi dalam kasus itu? KPU menegaskan tidak ada kroscek foto antarcalon.
“Antarcalon tidak,” jawab Ilham tegas.
Adapun Evi sangat yakin tudingan Farouk mengada-ada. Kemenangannya sangat mutlak di NTB dan tidak ada pengaruh editan foto ke pemilih untuk memilihnya. Berikut keputusan KPU terkait perolehan suara DPD NTB:
1. Evi Apita Maya sebanyak 283.868 suara.
2. Achmad Sukisman Azmy sebanyak 268.766 suara.
3. TGH Ibnu Halil sebanyak 245.570 suara.
4. Lalu Suhaimi Ismy sebanyak 207.345 suara.
5. Farouk Muhammad sebanyak 188.687 suara.
6. Baiq Diyah Ratu Ganefi sebanyak 126.811 suara.
7. Robiatul Adawiyah (istri TGB) sebanyak 114.534 suara
Berdasarkan UU, empat peraih suara terbanyak berhak melenggang ke Senayan duduk di kursi DPD.
“Sebenarnya teman-teman aktivis perempuan sudah pada gerah menuntut (melaporkan) gitu ‘kan. Teman aktivis (perempuan) itu dianggap, tidak menghargai keunggulan kita sebagai perempuan gitu ‘kan. Saya bilang sudahlah kita jalani ini secara baik,” kata Evi.**
Editor: Hariyawan