NEWYORK,bipol.co – Kurs dolar AS sedikit menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tetapi pergerakannya kecil dan terbatas karena inversi yang semakin dalam dari kurva imbal hasil AS memicu kecemasan investor tentang resesi hanya beberapa hari sebelum tarif balasan AS dan China atas impor masing-masing ditetapkan akan mulai berlaku.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor dua tahun naik lebih tinggi di atas imbal hasil 10-tahun ke spread atau selisih serendah minus 6,5 basis poin. Spread, yang menandakan resesi ketika jatuh di bawah nol, terakhir minus 3,7 basis poin. Investor khawatir perang perdagangan AS-China dapat menyebabkan dunia mengalami perlambatan ekonomi.
Kantor Perwakilan Dagang AS pada Rabu (28/8/2019) menegaskan kembali rencana Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif tambahan lima persen pada daftar impor China senilai 300 miliar dolar AS mulai 1 September dan 15 Desember.
Mata uang safe-haven yen berdiri di 106,07 per dolar, 0,32 persen lebih lemah pada hari itu, tetapi tetap dekat dengan tertinggi dua setengah tahun di 104,44 yang dicapai pada Senin (26/8/2019).
Sebagian besar penurunan dolar/yen sejak pekan lalu adalah karena investor menjadi lebih menghindari risiko, kata Adam Cole, ahli strategi mata uang di RBC Capital Markets. Namun, penawaran dolar pada Rabu (28/8/2019) tidak mungkin merupakan hasil dari langkah penghindaran risiko (risk-off).
“Kami terus percaya bahwa setiap pembalikan dalam tindakan harga risk-off baru-baru ini kemungkinan akan menjadi kesempatan untuk keluar dari posisi buy dalam aset-aset berisiko dan menambah eksposur perdagangan defensif dari tingkat yang lebih menarik. Karena itu kami berhati-hati untuk tidak memasuki perdagangan pro-risiko untuk saat ini,” tulis analis di Credit Suisse.
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, naik 0,25 persen menjadi 98,248. Yuan China sedikit lebih rendah ke 7,169 terhadap dolar AS di pasar luar negeri, tidak jauh dari rekor terendah 7,186 yang disentuh pada Senin (26/8/2019).
Di tempat lain, sterling merosot sebanyak satu persen terhadap euro dan dolar AS karena langkah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membatasi peluang parlemen untuk menggagalkan rencana Brexit-nya.
Perdana menteri secara resmi akan membuka parlemen pada 14 Oktober, secara efektif menutup Westminster selama sekitar satu bulan pada September, yang mengurangi waktu di mana anggota parlemen dapat mencoba untuk memblokir Brexit tanpa kesepakatan.
Sterling terakhir turun 0,62 persen pada 1,2211 dolar AS dan 0,55 persen lebih rendah dibandingkan euro pada 90,70 pence.
Euro sedikit melemah terhadap dolar AS, turun 0,12 persen pada 1,1077 dolar AS, sedikit terbantu oleh berita bahwa Gerakan 5-Bintang Italia dan oposisi Partai Demokrat akan mencoba untuk membentuk koalisi, mencegah pemilihan cepat.(ant)
Editor : Herry Febriyanto