TASIKMALAYA, bipol.co – Musabaqoh Qiraatil Kutub (MQK) 2019 tingkat Jawa Barat diselenggarakan di Pesantren Cipasung, Kabupaten Tasikmalaya (15-18/10/2019).
MQK 2019 yang diikuti pondok pesantren dari perwakilan 27 kota-kabupeten se-Jawa Barat, dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum. Hadir dalam pembukaan tersebut, Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Oleh Soleh.
Wakil Gubernur Jabar mengatakan kegiatan tersebut sebagai salah satu akselerasi visi misi Jabar Juara Lahir dan Bathin, yang didorong adalah juara bathin. Terdapat 10 ribu pesantren di Jawa Barat.
“Definisi pesantren dalam undang-undang harus ada kitab kuning dan harus ada kyai. Salah satu daya dorong untuk memberikan semangat kepada santri belajar kitab kuning dengan melombakannya melalui MQK ini. Sejauhmana dan bagaimana para santri dapat memahami tatacara membaca kitab kuning dan tahfidul uthun, yakni mempelajari dan menalar kitab-kitab kuning lainnya,” papar Uu.
Dengan demikian, lanjut Wagub Uu, kegiatan MQK mampu memberikan semangat kepada para santri untuk lebih giat belajar dan juga memberikan motivasi kepada anak-anak yang belum tahu tentang pesantren, juga tentang MQK.
“Khususnya para orangtua, dapat memasukkan anak-anaknya ke lingkungan pesantren,” ucapnya.
Selain itu, kata Uu, dirinya merasa bangga sebab penyelenggaraan MQK 2019 diikuti oleh 800 peserta dari 27 kabupaten-kota di Jabar.
“Kami harap MQK tahun depan didorong oleh bupati-walikotanya untuk mengikutsertakan warganya. Selama ini peserta mengikuti kegiatan MQK ini dengan swadaya pesantren dan dibantu Kementrian Agama di kabupaten-kota,” katanya.
Uu menambahkan, hal itu untuk menyukseskan Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober yang akan diisi dengan berbagai kegiatan.
“Pada peringatan Hari Santri nanti diawali upacara dengan mengenakan pakaian santri (bersarung, Red.) dan setelah itu di antaranya ada jalan sehat yang dimulai dari Gedung Sate,” tuturnya.
Di tempat sama, Oleh mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai bentuk peran serta pemerintah dalam menyukseskan Jabar Juara Lahir Bathin. Selain itu, dalam rangka menyambut Hari Santri pada 22 Oktober nanti.
“Yang paling penting, bagaimana untuk menjaga kultur dan tradisi ‘sorogan’ atau dengan ‘ngalogat’ kitab kuning yang kini sudah mulai memudar,” ujar Oleh seusai mengikuti pembukaan MQK, Selasa (15/10/2019) malam
Bahkan, lanjut dia, ada pemahaman bahwa belajar agama cukup dengan membaca ataupun berselancar di dunia maya untuk mendalami agama justru memberikan pengaruh ke arah yang salah, sehingga terjadi pemaknaan hukum-hukum Islam yang melenceng dari yang sesungguhnya.
“Sebagai contoh, dalam memaknai jihad yang cenderung melenceng akibat salah tafsir,sehingga menimbulkan faham radikalisme,” katanya.
Dewan berharap, MQK ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab semua umat muslim. Peran serta dan kewajiban pemerintah untuk menjalankan kegiatan tersebut.
“Pemerintah harus supporting fasilitas dan pembiayaannya,” tegasnya. **
Reporter: Abdul Basir
Editor: Hariyawan