SOREANG, bipol.co — Menjelang musim hujan dan cuaca ekstrem, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung melakukan persiapan status siaga darurat bencana, banjir, longsor, dan angin puting beliung.
Kaitan itu, BPBD Kabupaten Bandung melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) di Aula BPBD Kabupaten Bandung, Soreang, Kamis sore (12/12/2019).
Rakor dihadiri Asisten Pemerintahan, Rully Hadian, dan instansi terkait lainnya.
“Hal paling pokok untuk penetapan status bencana bagaimana laporan yang disampaikan tim kajian cepat BPBD. Tadi sudah menyampaikan laporannya tentang potensi kejadian ancaman bencana dari aparat pemerintah kewilayahan,” papar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, H. Ahmad Djohara, kepada wartawan, usai meminpin rakor.
Pada prinsipnya, kata Ahmad Djohara, laporan tim kajian cepat BPBD sinkron, diperkuat lagi dari BMKG, bahwa puncak musim hujan akan masuk pada akhir Desember 2019 dan Januari, Februari, Maret 2020. Namun perubahan musim di April dan Mei tampaknya perlu diwaspadai terjadi kemungkinan banjir, longsor, tetap jadi ancaman di Kabupaten Bandung.
“Kami pada hari ini bersepakat memberikan rekomendasi untuk pertimbangan Bupati Bandung agar bisa ditetapkan status siaga bencana banjir longsor dan angin puting beliung melalui SK Bupati,” kata Ahmad Djohara.
Dengan penetapan status siaga bencana, tuturnya, kegiatan kebencanaan nanti harus ada akses lebih mudah, kordinasi lebih mudah, dan penanganan lebih cepat. Semua SKPD harus lebih siap, harus lebih siaga menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat dari cuaca yang memang saat ini sangat ekstrem.
Menurut Ahmad Djohara, dalam setahun antara Januari sampai Desember 2019 bencana banjir di Kabupaten Bandung telah terjadi sebanyak 57 kali kejadian di beberapa daerah dan harus diwaspadai dalam musim hujan ini. Dampak terparah bencana banjir di tiga kecamatan, yaitu Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang.
“Bahkan pembangunan proyek Podomoro Park di Bojongsoang, disinyalir berdampak banjir. Termasuk proyek Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) juga berdampak banjir. Karena urugannya mencapai 7 meter, sehingga air bisa berbalik dan menerjang perumahan,” ucapnya.
Sedangkan banjir bandang, katanya, dikhawatirkan terjadi di Majalaya, terutama Sungai Cimanuk dan Citarum membelah Kota Majalaya.
Sementara itu, bencana tanah longsor dalam satu tahun telah terjadi 14 kejadian. Paling banyak di Pangalengan, Ibun, yang setiap hujan selalu terjadi, serta Cimaung dan Kertasati yang merupakan daerah atas sehingga kemungkinan terjadi rawan longsor.
Angin kencang dalam tahun 2019 telah terjadi 11 kali. Paling parah terjadi di Pagalengan yang mengakibatkan 2.400 rumah rusak serta di Cimaung.
Tahun 2019 juga telah terjadi kebakaran lahan hutan yang mencapai 22 kejadian. Dua titik paling parah, yaitu Kawah Putih dan Malabar.
Ahmad Djohara juga memaparkan, dalam musim hujan tahun 2020 di Kabupaten Bandung terdapat 19 wilayah ancaman banjir, yaitu Baleendah, Dayeuhkolot, Bojobgsoang, Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, Majalaya, Solokanjeruk, Ibun, Paseh, Rencaekek, Cileunyi, Soreang, Margaasih, Kutawaringin, Cicalengka Katapang, Ciparay, dan Margahayu.
“Perlu diwaspadai juga di Majalaya, karena tahun lalu sempat terjadi banjir besar karena terlibas Sungai Citarum, termasuk Rancaekek,” katanya.
Sedangkan wilayah ancaman longsor di 25 kecamatan. Antara lain Pangalengan, Pair Jambu, Ciwidey, Soreang, Kutawaringin, Arjasari, Kertasari. Kemudian Pacet, Ibun, Paseh, Cicalengka, Nagreg, Cimenyan, Cilengkrang, Cileunyi, Cangkuang, Cimaung, Baleendah, Banjaran, Pamengpeuk, dan lainnya.
“Risiko cuaca ekstrem hampir semua wilayah di Kabupaten Bandung,” katanya.**
Reporter: Deddy | Editor: Hariyawan