SUKABUMI, bipol.co – Wali Kota Sukabumi, H. Achmad Fahmi, mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang berhubungan dengan upaya mengatasi permasalahan sanitasi yang belum dituntaskan. Untuk itu, tahun ini Pemkot Sukabumi meluncurkan enam paket kebijakan untuk menuntaskan segala permasalahan sanitasi di wilayah Kota Sukabumi.
Penyataan Wali Kota itu disampaikan saat meluncurkan paket kebijakan sanitasi Kota Sukabumi bertempat di Hotel Maxone Sukabumi, Selasa (14/1/2020).
Keenam paket yang dimaksud Fahmi, digabungkan dalam proyek program bernama “Gesit Pisan” yang merupakan akronim dari Gerakan Sukabumi Tuntaskan Pengelolaan Air Limbah Domestik dan Sampah Berkelanjutan.
“Diharapkan pada 2020 ini enam paket kebijakan tersebut bisa diselesaikan. Untuk dapat mencapai target itu, kami harus bekerja sama dengan berbagai kalangan. Penyelesaiannya bertahap, satu persatu hingga tuntas 100 persen,” ujar Fahmi.
Keenam paket yang akan diluncurkan itu, terdiri atas penataan Sungai Cipelang, kebersihan kota dengan istilah Kotaku, dan perluasan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cikundul.
Selanjutnya pembangunan jamban sehat dan nyaman untuk keluarga (Jas Nyamuk), revitaliasi dan optimalisasi instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT), dan pengelolaan sanitasi dengan dana kelurahan.
“Kami akan berupaya sekuat tenaga dan mengerahkan segala sumber daya untuk menyelesaikan enam paket kegiatan secepatnya,” tutur Wali Kota.
Diharapkan Wali Kota, setelah enam paket itu selesai dikerjakan, masyarakat dan Pemkot Sukabumi tidak lagi menghadapi permasalahan santitasi. Semua segi santitasi, baik di darat maupun perairan, selesai,” ujarnya.
Berdasarkan roadmap Pemkot Sukabumi 2020, pembangunan program Gesit Pisan bisa diselesaikan pada tahun ini. Sejak beberapa tahun lalu, jajarannya sudah mulai menyelesaikan permasalahan sanitasi.
“Sanitasi itu terkait dua hal, yakni attitude yang menyangkut budaya dan perilaku serta infrastruktur. Kami harus menggalakan edukasi berhubungan dengan sikap dan penyiapan infrastrukturnya,” tambah Fahmi.
Wali Kota mengakui, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeliharaan dan peningkatan mutu sanitasi masih lemah. Di sinilah pentingnya edukasi yang berkelanjutan untuk meneguhkan perilaku sadar sanitasi.**
Reporter: Firdaus | Editor: Hariyawan