“Kita harus melihat ini sebagai peluang menguatkan kemandirian pasokan pangan dari dalam negeri. Saatnya kita bangun kekuatan pertanian, perikanan,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (7/3).
“Petani, BUMN pangan, BUMN perkebunan, semua value chain pangan? tunjukkan patriotisme jadi solusi,” ucapnya.
Ia menceritakan, saat menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, dirinya pernah mengalami kenaikan harga cabai hingga menembus Rp200.000 per kilogram (kg).
Ketika dirinya melakukan pengecekan ke daerah penghasil cabai, Pemda DKI langsung membelinya untuk jangka waktu setahun agar bisa menekan harga di Jakarta.
“Pun dengan beras dan telur. Saya harus safari ke lumbung-lumbung produksi komoditas tersebut agar pasokan di Jakarta terpenuhi dan harga beli di masyarakat tak mahal,” paparnya.
Sandi, demikian ia biasa disapa juga mengatakan bahwa di tengah kekhawatiran virus corona saat ini, pemerintah disarankan untuk menyiapkan paket kebijakan ekonomi antivirus.
Pertumbuhan ekonomi, lanjut dia, dalam jangka pendek mengarah pada penurunan. Diprediksi, pertumbuhan ekonomi global terpangkas sampai 0,4 persen.
Indonesia, ia mengatakan, harus mengantisipasi pertumbuhan di bawah lima persen. Kondisinya bisa mengarah seperti krisis keuangan pada 2008 lalu.
“Kita harus siapkan paket kebijakan ekonomi antivirus. Memberikan stimulasi untuk menggerakkan roda ekonomi. Kalau perlu seperti di Hongkong, direct targeted transfer,
ekonomi rebooted lewat konsumsi dan peran UMKM, kebijakan pajak yang lebih berorientasi menggairahkan investasi,” paparnya.
Di tengah situasi seperti itu, Sandi juga menyarankan pemerintah memperbaiki pola komunikasi publik dalam penanganan COVID-19.
“Komunikasi pemerintah harus transparan, membangun kepercayaan publik agar tak terjadi panic buying. Pemerintah juga harus menunjukkan kekompakan di semua lini, jangan ada mixed message. We are all being tested, bersatu, bersinergi untuk keselamatan rakyat,” kata Sandi. (net)