LAMPUNG.bipol.co- Jika masyarakat Indonesia tengah dilanda kegelisahan akibat virus corona, ternyata di Lampung corona sudah hadir puluhan tahun yang lalu. Corona yang satu ini dari waktu ke waktu terus digemari berbagai kalangan. Namanya Corona Diving Club, tempat berkumpulnya para penggiat olah raga bawah air.
“Diving adalah kegiatan menyelam untuk melihat keindahan dunia bawah laut dengan memakai alat pernapasan khusus seperti tabung oksigen,” jelas Ketua Corona Diving Club Lampung, Donny Irawan belum lama ini kepada bipol.co
Dijelaskan Donny, menyelam merupakan salah satu olahraga yang berbahaya jika tidak paham mengenai aturan-aturan yang ada. Tapi kalau sudah tahu, pasti akan ketagihan dengan keindahan laut Lampung yang sangat luar biasa ini.
Menyelam alias diving, terang Donny, mulai dikenal di Indonesia pada era 1970-an. Kala itu menyelam sebagai aktivitas olahraga maupun rekreasi mulai banyak menarik minat masyarakat. Ini menandai lahirnya berbagai perkumpulan menyelam di Indonesia.
“Corona adalah satu perkumpulan selam yang cukup lama kehadirannya di Indonesia. Usia perkumpulan ini lebih dari 35 tahun sejak pendiriannya pada 5 April 1977. Corona Diving Club ini memiliki cabang di Jakarta, Bandung, Semarang, Bali, Belitung, Medan, Kendari, dan Lampung,” tutur Donny.
Para anggota Corona Diving Club Lampung, lanjut Donny Irawan, berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, ibu rumah tangga, anggota kepolisian, tentara, pensiunan, dan sebagainya, mulai dari yang berusia 20-an tahun hingga usia 70-an tahun
“Kami menyukai diving karena aktivitas ini sangat menarik. Selain bisa melihat keindahan bawah laut, kami juga mempelajari hal-hal baru dan mengunjungi tempat-tempat baru. Ini bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dan lingkungan,” terang Donny ketika ditemui di Pulau Tanjung Putus.
Dijelaskan Donny, para penyelam sering berkumpul di Pulau Tanjung Putus yang merupakan base camp Corona Diving Club Lampung. Pulau ini disebut Tanjung Putus dikarenakan pulau ini dahulunya menyatu dengan daratan. Akan tetapi karena erosi maka ujung daratan terputus membetnuk pulau yang hanya dipisahkan beberapa meter saja.
“Selat kecil yang memisahkan pulau banyak digunakan untuk budidaya ikan laut dalam keramba dikarenakan arus dan ombak yang tenang,” jelas Donny yang juga Ketua Umum Persaudaraan Shoriji Kempo Indonesia Wilayah Lampung dan Ketua SMSI Lampung dan Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Lampung.
Di depan dermaga Pulau Tanjung Putus kita dapat menyaksikan atraksi ikan beraneka ragam yang akan berkumpul bila ditaburkan makanan roti kering.
Untuk mencapai Pulau Tanjung Putus wisatawan dapat menempuh perjalanan laut sekitar 60 menit dari Pelabuhan Ketapang, atau sekitar 10 menit dari Pulau Pahawang pada saat cuaca cerah dan gelombang laut kecil. Di Pulau Tanjung Putus terdapat resort dengan kapasitas 60 orang yang dapat disewa dan juga tersedia penyewaan peralatan selam.
Deden .GP