“Saya berharap ada transparansi dan akuntabilitas dalam penanganan wabah virus corona sekarang ini. Tidak boleh sampai terjadi korupsi di tengah upaya besar kita untuk menghadapi bencana yang luar biasa ini,” kata Doni , di Jakarta, Sabtu malam (11/4).
Pihaknya tidak akan berkompromi terhadap berbagai penyimpangan yang terjadi.
“Saya juga mengajak masyarakat dan media untuk ikut mengawasi berbagai bantuan yang telah diberikan banyak negara dan kelompok masyarakat untuk menanggulangi virus corona. Laporkan saja kepada aparat penegak hukum apabila ada yang mencoba bermain-main dengan berbagai bantuan yang telah diterima dan penyalahgunaan perizinan bea masuk terhadap barang-barang untuk penanganan COVID-19,” tuturnya.
Pihaknya juga mengingatkan kelompok masyarakat agar jangan ada yang mengambil keuntungan yang tidak wajar dalam menjalankan usaha berkaitan dengan penanganan COVID-19.
Demikian pula dengan alat rapid test yang dijual dengan harga mahal memanfaatkan rasa kekhawatiran masyarakat terpapar virus COVID-19.
“Saya ingin mengingatkan, ada UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kepada siapa saja yang mengganggu akses dalam penanganan kebencanaan seperti sekarang ini, bisa dikenakan tindakan pidana sesuai Pasal 77,” imbuhnya.
Pasal 50 ayat 1 UU Nomor 24 Tahun 2007 menjelaskan, dalam hal status keadaan darurat bencana, BNPB mempunyai kemudahan akses terhadap: a. pengerahan sumber daya manusia; b. pengerahan peralatan; c. pengerahan logistik; d. imigrasi, cukai, dan karantina; e. perizinan; f. pengadaan barang/jasa; g. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang; h. penyelamatan; dan i. komando untuk memerintahkan sektor/lembaga.
Ketua Gugus Tugas pun membuka kesempatan kepada masyarakat untuk melapor apabila ada pihak yang diketahui mencoba menimbun atau mempermainkan harga dari produk-produk yang dibutuhkan masyarakat sekarang ini.
“Gugus Tugas akan memberikan tindakan tegas kepada mereka yang mempersulit kehidupan masyarakat,” kata Doni. (net)