SUKABUMI, bipol.co-Memasuki hari ketujuh penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Kota Sukabumi berbagai upaya hasil evaluasi Pemkot Sukabumi telah dilakukan untuk memecah kegiatan masyarakat dari berbagai aktivitas yang menyebar kerumunan orang, hal tersebut sebagai upaya pemerintah daerah memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Akan tetapi masyarakat Sukabumi belum begitu paham tentang penyakit virus Corona dan potensi yang bisa menyebabkan dirinya tertular terhadap penyakit tersebut, padahal sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah melalui Gugus Tugas penanganan Covid-19, begitu gencar dilakukan agar masyarakat mematuhi imbauan jaga jarak, sosial distancing dan physical distancing, namun aktivitas masyarakat tidak bisa dibendung ditengah masa pandemi khususnya di pusat perbelanjaan.
“Kemungkinan sosialisasi tentang PSBB dan virus Corona yang dilakukan Pemda belum dipahami benar oleh masyarakat. Terbukti banyak masyarakat yang berburu kebutuhan baju lebaran di banding kebutuhan pokok untuk sehari-hari,”kata tokoh masyarakat sekaligus Pimpinan Pondok pesantren Dzikir Al-Fath, KHM. Fajar Laksana saat dihubungi wartawan via telepon seluler, Selasa (12/5/2020).
Fajar sangat menyayangkan respon masyarakat terhadap penerapan PSBB yang dinilai kurang ditanggapi dan tidak mendukung upaya pemerintah daerah, walau penutupan akses jalan ke pusat perbelanjaan telah dilakukan namun tetap saja masih terjadi kerumunan. Fajar menilai kurang tegas aparat dalam memperingati masyarakat, di sisi lain dirinya juga menilai Secara psikologis masyarakat menilai penyakit Corona tidak menakutkan lagi. Tradisi tahunan
bulan ramadhan dan menjelang Lebaran berbelanja di pusat Kota lebih besar dibandingkan rasa takut tehadap penyakit corona. “Pemerintah daerah tidak bisa mengatur dan membatasi jumlah pedagang, semua kumpul di satu titik yakni Jalan Ahmad Yani. Tidak ada penyebaran pusat keramaian, sehingga masyarakat terfokus dan berkerumun disatu titik,”ucapnya.
Lanjut Fajar kondisi saat ini dimana Tata Kota Sukabumi masih tercentralistik pusat perbelanjaan di Jalan Ahmad Yani, walau kini jalan tersebut di tutup aksesnya untuk semua kendaraan, masyarakat menilai seperti car free day bukan Psbb, karena para pejalan kaki volumenya masih tinggi memasuki pusat area Perbelanjaan, bahkan sebagian masyarakat memanfaat momen car free day untuk bermain bola ditengah jalan.
“Tradisi masyarakat susah dihilangkan, larangan mudik sepertinya tetap nekad dilakukan untuk bersilahturahmi ke sanak saudara. Akan sulit penerapan PSBB bisa sukses dijalankan apabila pola pikir masyarakat tidak berubah,”bebernya.
Reporter Firdaus
Editor Deden .GP