JAKARTA, bipol.co – Wakil Direktur Eksekutif International Conference of Islamic Scholars (ICIS), KH. Khariri Makmun Lc, MA., mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam dasar negara Pancasila tercermin nilai-nilai agama, khususnya agama Islam, sehingga tidak seharusnya terjadi benturan antar-keduanya.
KH. Khariri Makmun Lc dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat malam, menjelaskan di dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan cermin dari tauhid (Tuhan yang Esa). Kemudian sila kemanusiaan yang adil dan beradab di dalam Islam berarti al-insaniyah.
Kemudian sila persatuan Indonesia yang di dalam Al Qur’an disebut wa’tasimu bihablillahi jami’an wala tafarraqu yang artinya kita bersatu jangan tercerai berai.
Lalu sila ke empat itu permusyawaratan perwakilan atau as-syura yang dalam Al Quran itu artinya Musyawarah. Sila keadilan sosial adalah al-adalah yang artinya keadilan.
Dengan adanya penjelasan yang tercermin di dalam Al Quran tersebut maka Khariri menuturkan bahwa rumusan-rumusan Pancasila itu sudah selaras dengan maqashidu asy-shyariah atau tujuan-tujuan agama.
“Yang tentunya kalau orang bisa memahami agama itu dengan benar, tentu tidak akan ada tuduhan antara Pancasila dengan agama atau dengan Al Qur’an itu sendiri,” tutur Alumni Universitas Al-Azhar Kairo tersebut.
Selain itu menurut pria yang pernah menjadi Rais Syuriah NU di Jepang pada tahun 2004-2006 ini juga menyampaikan bahwa ketika seseorang bisa memahami agamanya dengan baik, maka secara otomatis orang tersebut akan bisa menerima Pancasila itu dengan benar.
“Yang terjadi sekarang kan dalam memahami ajaran agama saja mereka banyak memiliki permasalahan dalam memahaminya, sehingga ketika agama disandingkan dalam konteks bernegara dan berpolitik ada miss, ada sesuatu yang hilang dari pemahaman mereka. Inilah kemudian yang memunculkan bibit intoleransi, radikalisme seperti yang terjadi sekarang ini,” katanya menjelaskan.
Itulah kenapa menurut Khariri, agama dan Pancasila ini selalu dibenturkan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman keagamaan. Untuk itu perlu bagi para tokoh agama atau para ulama-ulama moderat untuk memberikan pemahaman yang benar.
Pria yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Algebra International Boarding School, Bogor ini pun menjelaskan bahwa cara untuk mengatasi ini adalah harus sering-sering mengajak mereka berdialog. Selain itu juga perlu adanya tokoh-tokoh yang bisa menjelaskan secara runut kepada kelompok-kelompok tersebut.* ant.
Editor: Hariyawan