Ide Mesjid AL Jabbar Muncul Saat Gubernur Ahmad Heryawan, Didesain dan Diselesaikan Ridwan Kamil

- Editor

Kamis, 29 Desember 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mesjid Al.Jabbar bersiri megah di Kopam Retensi, Gedebage, Kota Bandung. (Foto: Humas)

Mesjid Al.Jabbar bersiri megah di Kopam Retensi, Gedebage, Kota Bandung. (Foto: Humas)

BIPOL.CO, BANDUNG – Mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan bersyukur akhirnya pembangunan Masjid Raya Al Jabbar Provinsi Jabar segera berfungsi melengkapi kawasan danau retensi pengendali banjir di kawasan Bandung Timur.

Pembangunan masjid yang akan menjadi ikon masjid terbesar di Jabar itu menurutnya, sangat memakan waktu, tenaga, pikiran, dan tentunya anggaran yang sangat besar, sehingga selesainya pembangunan patut disyukuri.

Ahmad Heryawan menyatakan sudah sepantasnya Jawa Barat memiliki sebuah masjid yang sangat besar yang mewakili jumlah penduduk muslim di Jabar yang paling banyak di tingkat provinsi.

“Mudah-mudahan ini akan mewakili sebagai masjid terbesar di Jawa Barat dan teramai jemaahnya sesuai dengan jumlah penduduknya yang terpadat,” ujarnya.

Ia berharap, Masjid Al Jabbar akan merealisasikan tujuan pembangunan manusia Jawa Barat yang seutuhnya. Selain terciptanya kesejahteraan dan rasa aman, harus pula dipikirkan penghambaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Masjid ini menjadi simbol pembangunan manusia seutuhnya bagi masa depan Jawa Barat,” tuturnya.

Ahmad Heryawan bercerita terkait gagasan awal, hingga muncul ide untuk membangun masjid besar.

Pertama dipicu oleh banyaknya masjid megah yang dijumpainya saat melaksanakan kunjungan kerja ke sejumlah provinsi di Indonesia. Salah satunya ia takjub saat melihat masjid besar di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ia pun berpikir untuk merenovasi Masjid Raya Bandung di kawasan alun-alun. Namun ternyata sulit dilaksanakan karena lokasinya yang sudah padat dan lahan yang sudah sempit.

“Sehingga waktu itu kita mencari lokasi baru yang layak untuk masjid besar yang mewakili jumlah penduduk Jabar. Itu tekad saya,” ungkapnya.

Tekadnya semakin kuat saat melihat Gubernur sebelumnya, R. Nuriana banyak membangun masjid, salah satunya masjid di kawasan Puncak yang dibangun dengan biaya “iuran” masyarakat Jabar. Ia pun semakin ingin membangun masjid yang bakal menjadi simbol Jabar dan dapat dikenang masyarakat sepanjang masa.

Pemicu lainnya karena melihat ribuan pendukung Persib Bandung alias Bobotoh yang menurutnya pasti kesulitan mencari masjid untuk salat usai menonton bola di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, sehingga dipilihlah kawasan Gedebage yang tidak terlalu jauh dari stadion bola.

“Kalau Persib main, bobotoh salatnya di mana. Akhirnya jadi serius, dan dipilih lahan yang jaraknya hanya 500 meter dari stadion,” tuturnya.

Pada tahun 2016, ia mulai mengajukan program pembangunan Masjid Al Jabbar. Saat itu ia berdikusi dengan Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung ketika itu, dan memintanya untuk membuat desain masjid. Masjid didesain harus nyaman bagi jamaah dengan konsep wisata berbasis masjid.

Namun demikian banyak kendala yang dihadapi saat memulai rencana membangun Masjid Al Jabbar. Gagasan tahun 2016 baru bisa terealisasi akhir tahun 2017 untuk mulai peletakan batu pertama.

Pertama, kendala anggaran. Anggaran yang sangat besar banyak dipermasalahkan, dianggap bukan prioritas. Padahal menurutnya, penganggaran bisa dilakukan multi years, sama seperti besarnya anggaran untuk BOS (pendidikan), perbaikan jalan, bahkan Pekan Olahraga Nasional  (PON) saja bisa disediakan.

“Dengan berbagai argumen dan perencanaan matang, hambatan yang ada termasuk hambatan pemikiran, akhirnya bisa diatasi dengan baik,” ujar Heryawan.

Kendala berikutnya adalah masalah pembebasan lahan. Harga tanah semakin mahal, sehingga memerlukan waktu pembebasan lahan sekitar dua tahun. Berikutnya muncul masalah dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), yang wajar karena lahan dan bangunan yang sangat besar memerlukan ketelitian ekstra.

Hambatan berikutnya adalah gagalnya tender pertama di awal tahun 2017. Akhir 2017 baru tender pembangunan diselesaikan, dan dimulai pembangunan Al Jabbar, hingga akhirnya akan diresmikan 30 Desember 2022.

“Wajar jika banyak kendala, tetapi semua bisa diatasi. Peletakan batu pertama, tangan saya bergetar membayangkan akan ada masjid besar dengan kemampuan menampung 30.000 jamaah di bagian dalam, dan jika ditambah dengan bagian halaman bisa 50.000-an jemaah. Ini sangat luar biasa,” tutupnya.(deddy)

Berita Terkait

Cegah Inflasi, Pemkab Bandung Barat Selenggarakan Gerakan Pangan Murah
Kirmir Jebol TPU Cikutra, Pemkot Bandung Relokasi 19 Makam
Jabar Perkuat Kesiapsiagaan Hadapi Potensi Bencana Selama Libur Natal dan Tahun Baru
Jeje – Asep Ismail Terpilih, Harapan Baru untuk Bandung Barat yang Lebih Maju
Menengok Jalan di Kawasan Alun-alun Kota Cimahi Usai Dilakukan Penataan
Peringati HUT Ke-53 KORPRI, Sekda Indramayu Pimpin Ziarah Ke Taman Makam Pahlawan
Telan Rp10 Miliar, Gedung Setda Kabupaten Bandung yang Baru Diresmikan
BENCANA BANJIR Bey Machmudin Tinjau Solokanjeruk dan Dayeuhkolot Tanggul sungai jebol

Berita Terkait

Senin, 2 Desember 2024 - 15:36 WIB

Cegah Inflasi, Pemkab Bandung Barat Selenggarakan Gerakan Pangan Murah

Sabtu, 30 November 2024 - 10:22 WIB

Kirmir Jebol TPU Cikutra, Pemkot Bandung Relokasi 19 Makam

Sabtu, 30 November 2024 - 07:49 WIB

Jabar Perkuat Kesiapsiagaan Hadapi Potensi Bencana Selama Libur Natal dan Tahun Baru

Sabtu, 30 November 2024 - 06:49 WIB

Jeje – Asep Ismail Terpilih, Harapan Baru untuk Bandung Barat yang Lebih Maju

Jumat, 29 November 2024 - 20:24 WIB

Menengok Jalan di Kawasan Alun-alun Kota Cimahi Usai Dilakukan Penataan

Berita Terbaru

BAZNas Sumedang bekerjasama dengan BAZNas RI berhasil membangun kembali rumah milik Adun (73) tidak layak huni di Dusun Tarogong, RT 008 RW 003, Cijeungjing l, Kecamatan Jatigede. Foto: Humas Sumedang.

NEWS

BAZNas Perbaiki Rumah Adun yang tidak Layak Huni

Senin, 2 Des 2024 - 16:08 WIB