BIPOL.CO, BANDUNG – Sejumlah para pedagang Pasar Banjaran, Kabupaten Bandung hingga Selasa (20/6/2023) masih bertahan dan menolak untuk direlokasi ke tempat yang telah disediakan.
Pasar Banjaran rencananya akan direvitalisasi, Namun sebagain pedagang menolak, bahkan mengajukan gugatan ke PTUN.
Sementara Wakil Bupati Bandung, Sahrul Gunawan, pada Selasa, mengunjungi para pedagang di Pasar Banjaran yang hingga saat ini masih menolak untuk relokasi atas revitalisasi pasar yang dilakukan Pemkab Bandung dan pihak pengembang.
Pria yang akrab disapa Aa Alul itu bertemu langsung dengan para pedagang dan mendengar keluh kesah serta aspirasi mereka.
Dikatakan Sahrul, ia tergerak sebagai wakil bupati yang juga bagian dari pemerintah daerah–ingin melihat langsung situasi di Pasar Banjaran, agar nantinya bisa memberikan masukan kepada Bupati Bandung, Dadang Supriatna.
Seperti diketahui, persoalan revitalisasi Pasar Banjaran sampai saat ini belum sepenuhnya tuntas. Masih ada ratusan pedagang yang menolak revitalisasi dilakukan oleh pihak ketiga. Sedangkan 1.000 lebih pedagang lainnya sudah setuju untuk relokasi ke pasar sementara sambil menunggu revitalisasi dilakukan.
“Saya melihat situasi di Banjaran dan saya terdorong secara pribadi baik juga sebagai dari bagian pemerintah daerah, melihat situasi seperti ini bagaimana kira-kira saya memberikan masukan kepada pak bupati,” ujar Sahrul
Ia mengatakan, meskipun selama ini dirinya bagian dari sistem pemerintahan, namun diakuinya tidak semua kebijakan diajak ikut serta. Sehingga Sahrul mengakui tidak mengetahui bagaimana permasalahan yang terjadi di Pasar Banjaran.
“Dan apa yang kita lihat seperti ini, saya bukan seseorang yang juga merasa bisa melakukan sesuatu. Tapi ini harus kita bangun bersama-sama, dan kita harus melihat bahwa pembangunan pasar dilihat dari beberapa faktor,” katanya.
“Pertama dari aspek sosiologis, psikologis, di mana masyarakat Banjaran ini merasa Pasar Banjaran merupakan identitas mereka, merupakan bagian dari kehidupan mereka, jangan sampai tidak dilibatkan,” sambungnya.
Kemudian menurutnya dari sisi historis, Sahrul pernah membaca dari berbagai artikel, Pasar Banjaran pernah tiga kali kebakaran, dan saat itu bisa berdiri lagi oleh semua pedagang dan akhirnya jadi lagi dan bisa.
“Itu yang memang perlu evaluasi dari kita semuanya, untuk nanti disampaikan kepada pak bupati. Mohon maaf saya juga bukan merasa saya bisa memberikan solusi atas semua ini. Karena sudah beberapa minggu lalu saya ingin ke sini, tapi takut salah. Tapi atas dorongan keingin tahuan saya sebagai wakil bupati bahwa saya juga diberikan amanah dan dipilih masyarakat, sehingga saya merasa harus datang ke sini,” ungkapnya.
Oleh karena itu, diharapan para pedagang menyampaikan bahwa semua harus melihat dari kepentingan pemerintah daerah dan juga dari para pedagang. Pemerintah daerah sudah sangat baik karena ingin menertibkan, supaya juga bisa dilihat dari aspek keindahan kota, tata kota.
“Saya juga tidak tahu kenapa tidak bisa dilibatkan para pedagang ketika akan ada perencanaan ini. Analogi saya, ketika kita pemerintah daerah menawarkan ke masyarakat, nah nanti dibalikkan kepada pedagang, kira-kira pedagang sanggup tidak, kalau tidak sanggup baru oleh pemerintah dibangunnya. Dengan kita melibatkan seluruh pedagang dan kita juga ingin punya prinsip Pasar Banjaran itu harus dari kita, oleh kita, dan untuk kita, Tukasnya
Sementara salah seorang Pedagang Pasar Banjaran Rini yang menolak direlokasi dengan alasan pasilitas yang dijanjikan tidak memadai, “ukurannya kecil kalau berpapasan pasti bersenggolan,” tuturnya.
Disamping itu, harga kios sangat memberatkan, dan kalau melihat daerah lain pembangunan bisa menggunakan APBD, kenapa di Kabupaten Bandung tidak.
Rini berharap Pemkab Bandung dapat memikirkan terlebih dahulu kalau punya rencana, khususnya Bupati Bandung Dadang Supriatna. “Ya dimusyawarahkan dulu rencananya dengan warga pasar,” ungkapnya.
Sedangkan salah seorang tokoh masyarakat Banjaran Asep Deni menuturkan, bahwa dirinya pada tahun 1998 terlibat langsung dalam rencana renovasi dan revitalisasi Pasar Banjaran. “Pada waktu itu sepakat dilaksankan renovasi Pasar Banjaran, ” jelasnya.
Dikatakan Asep, pada saat itu disepakati pihak pemerintah menyediakan gambar, dan pengawasan pembangunannya, serta perencanaannya. Namun yang melaksanakan pembangunan adalah para pedagang sendiri, iuran sendiri, sehingga hanya butuh waktu 3 bulan saat itu, lokasi 1, 2 dan 3 dapat selesai dengan cepat. (adr)
Editor: Deddy