BIPOL.CO, JAKARTA – Hakim Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat berdalih, tidak elok memanggil Presiden Joko Widodo dalam sidang lanjutan sengketa pemilihan presiden (Pilpres) 2024, Jumat (2024). Karena itu, kata dia, MK memanggil empat menteri Kabinet Indonesia Maju dalam sidang tersebut.
Pemanggilan empat menteri untuk mendengar kesaksiannya soal bantuan sosial (bansos) yang didalilkan oleh Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud dalam gugatannya ke MK, telah dipolitisasi untuk memenangkan Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024.
“Pilpres kali ini lebih hiruk-pikuk, diikuti beberapa hal yang sangat spesifik yang sangat berbeda dengan Pilpres 2014 dan 2019. Ada pelanggaran etik yang dilakukan di MK, di KPU (Komisi Pemilihan Umum(, dan banyak lagi yang menyebabkan hiruk-pikuk itu,” ujar Arief, dikutip dari Kompas.com.
“Yang terutama mendapatkan perhatian sangat luas dan didalilkan pemohon adalah cawe-cawe-nya kepala negara. Cawe-cawe-nya kepala negara ini Mahkamah juga (menilai), apa iya kita memanggil Presiden RI, kan kurang elok,” kata eks Ketua MK itu melanjutkan.
Arief lantas menegaskan bahwa Jokowi merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Seandainya Jokowi hanya berstatus sebagai kepala pemerintahan, menurut Arief, Mahkamah akan memanggilnya ke ruang sidang.
Namun, karena ayah dari calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka itu juga berstatus kepala negara, MK menilai bahwa Jokowi harus dijunjung tinggi oleh semua pemangku kepentingan.
“Makanya kami memanggil para pembantunya, yang berkaitan dengan dalil pemohon,” ujar Arief.
“Karena begini. Dalil pemohon mengatakan keberpihakan lembaga kepresidenan dan dukungan Presiden Joko Widodo dalam Pilpres. Itu kemudian memunculkan beberapa hal,” katanya lagi.
Arief kemudian membeberkan dalil pemohon Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud mengenai dugaan keterlibatan apartur sipil negara (ASN), lurah, kepala desa, hingga aparat TNI/Polri yang tidak netral dan terlibat dalam penggalangan massa.
Selain itu, muncul pula sangkaan bahwa 271 penjabat kepala daerah juga “bermain”, sesuatu yang kata Arief perlu dibuktikan di sidang.
Arief juga mengatakan, dua pemohon mendalilkan bahwa bansos dikerahkan dan memiliki korelasi dengan efek elektoral dalam pemenangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Sebelumnya, desakan untuk memanggil Jokowi datang dari Koalisi Masyarakat Sipil.
Mereka bahkan menyerahkan surat terbuka kepada MK terkait permintaan agar Jokowi dihadirkan dalam sidang sengketa Pilpres 2024.(*)