BIPOL.CO, BANDUNG – Produksi beras yang terus menurun berdampak pada harganya yang kian meroket. Sebagai alternatifnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tahun ini berupaya untuk membudidayakan tanaman sorgum.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar menjelaskan, kebijakan tersebut telah lama digulirkan. Namun, baru akan direalisasikan di tahun ini.
“Kita akan uji coba tanam sorgum di 1 hektare lahan sawah abadi milik Pemkot Bandung yang sudah kering. Lokasinya di daerah Cibiru. Kalau berjalan dengan baik, insyaallah kita akan kembangkan ini menjadi bagian produksi,” kata Gin Gin, Kamis (15/2/2024).
Pemkot Bandung juga bekerja sama dengan Universitas Pasundan dan telah mendapat dukungan Badan Pangan Nasional (Bapanas) serta pemerintah pusat untuk merealisasikannya dalam beberapa bulan mendatang.
Ia menyebutkan, uji coba akan dimulai dari proses menanam sorgum sampai ke pengolahannya seperti tepung maupun berbagai produk makanan lain.
“Mudah-mudahan ini bisa jadi salah satu alternatif karena memang harus diupayakan terus alternatif pangan selain beras,” ujarnya.
Sebab menurutnya, sudah perlu ada sebuah terobosan kebijakan untuk alternatif selain beras sebagai pangan pokok melalui pangan-pangan lokal yang punya nilai karbohidrat seperti beras.
Selain itu, Gin Gin menambahkan, perlu ada teknologi yang tepat dalam mengolah sorgum hingga bisa nyaman dikonsumsi masyarakat.
“Lalu, sorgum ini multifungsi, semua bagian dari sorgum itu mulai batang, daun, termasuk pasti buahnya bisa bermanfaat. Salah satunya bisa dijadikan pakan ternak. Apalagi sekarang pakan ternak (jagung) itu lagi naik juga harganya,” ujarnya.
Meski ia akui, perlu waktu penyesuaian termasuk pengenalan agar masyarakat bisa menerima sorgum dan pangan lokal lainnya sebagai makanan pokok pengganti beras.
“Beberapa daerah di Indonesia sudah mengembangkan lebih dulu pangan selain beras. Memang tidak mudah juga untuk mengubah kebiasaan masyarakat dari mengkonsumsi beras,” ungkapnya.
Menurutnya, salah satu cara untuk mulai membiasakan diri dengan mengonsumsi alternatif pangan lain adalah dengan substitusi.
“Misalnya sehari cukup satu kali konsumsi beras. Kemudian di waktu makan berikutnya bisa dengan non beras untuk mengurangi kebutuhan pangan yang tinggi,” katanya. (Ads)