BIPOL.CO, BANDUNG – Ada sejumlah tempat wisata di Kabupaten Bandung yang dinilai rawan bencana saat musim hujan. Karena itu para pengunjung yang hendak berwisata di daerah ini diimbau untuk tetap waspada dan hati-hati.
Menghadapi musim hujan, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Bandung Wawan A Ridwan, mengimbau agar para pengelola Destinasi Wisata dan pengunjung harus tetap waspada dari kemungkinan terjadinya bencana alam. Seperti bencana tanah longsor, banjir atau angin puting beliung yang bisa menyebabkan pohon tumbang dan mengancam kaselamatan jiwa.
“Untuk informasi atau callcenter kebencanaan itu hanya dilakukan BPBD yang menjadi penampung informasi terkait bencana, sedangkan pariwisata hanya imbauan bagi pengelola atau pengunjung di tempat wisata yang rawan,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bandung, H Wawan Ridwan, di Soreang, Rabu (6/11/2024).
Wawan juga mengharapkan, dalam menghadapi musim hujan pengelola dinas wisata khusunya di tempat rawan bencana agar membatasi jumlah kunjungan wisata.
Menurut Wawan, ada sejumlah titik rawan bencana di tempat-tempat wisata di Kabupaten Bandung. Khususnya tempat wisata yang berada di daerah pegunungan, atau hutan dan daerah aliran sungai, serta areal terbuka seperti perkemahan. Destinasi wisata yang cukup rawan bencana, kata Wawan, seperti di daerah Pangalengan atau Ciwidey.
“Secara kasat mata yang rawan itu seperti di tempat wisata perkemahan atau arung jeram. Jadi kesadaran masyarakat baik pengelola atau yang akan berkunjung perlu didorong lebih bijak memilih tempat wisata. Kalau kira kira cai gede (air besar) jangan arung jeram, kira-kira anginnya besar jangan kemping di leuweung (hutan), terutama jalur jalur yang tidak terpantau pengelola atau jalur yang dibuat masyarakat,” papar Wawan.
Wawan menuturkan, banyak destinasi wisata yang mungkin saja di luar pantauan pengelola yang rawan bencana. Seperti jalur jalur yang dibuat sendiri masyarakat untuk kegiatan wisata berkemping itu harus diwaspadai, misalnya jalur Gunung Patuha, atau Gunung Puntang yang jalurnya dibuat masyarakat.
“Kecuali dibuat oleh pengelola itu bisa terpantau. Misalkan yang masuk 10 orang oleh pengelola bisa diarahkan ke tempat aman, tapi kalau jalurnya dibuat masyarakat untuk kegiatan kampeng itu perlu diwaspadai, misalnya jalur apakah Gunung Patuha atau apakah Puntang itu rawan,” paparnya.(Ads)