JAKARTA.bipol.co – Nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren pelemahan hingga nyaris menyentuh Rp14.200 per dolar AS pada pembukaan perdagangan akhir pekan ini, namun masih terdapat ruang penguatan seiring katalis positif yang timbul dari pergerakan mata uang kawasan di pasar menjelang Jumat siang.
“Mata uang seperti Sin dolar, Asia Yen menguat terhadap dolar AS, yang bisa menjadi sentimen penguatan rupiah,” kata Kepala Riset Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dalam risetnya di Jakarta, Jumat (26/4/2019).
Hingga pukul 09.45 WIB Jumat dipantau dari Jakarta, mata uang beberapa negara mulai menunjukkan perlawanan terhadap “greenback” dolar AS. Dolar Singapura menguat 0,14 persen. Begitu juga Baht Thailand yang menguat 0,16 persen.
Otoritas di Indonesia juga ditengarai tidak akan membiarkan rupiah melemah terlalu dalam. Sinyalemen itu tampak dari pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang pada Kamis (25/4) kemarin menyebutkan nilai tukar rupiah saat ini masih dihargai terlalu murah (undervalued).
Pernyataan tersebut kerap diterjemahkan pelaku pasar sebagai terbukanya ruang penguatan rupiah dalam beberapa waktu ke depan.
Adapun pada pembukaan perdagangan Jumat ini, rupiah di pasar spot masih melemah, dengan takaran delapan poin atau 0,06 persen ke posisi Rp14.194 per dolar AS.
Beberapa sentimen global yang akan mempengaruhi laju rupiah akhir pekan ini, di antaranya adalah menurunnya harga minyak mentah dunia. Minyak mentah jenis WTI dihargai 64,97 dolar AS per barel dan harga jenis Brent 74,35 dolar AS per barel. Kemudian, pengumuman capaian Produk Domestik Bruto AS pada Jumat waktu setempat.
Sedangkan dari sisi domestik, Bank Sentral menyatakan akan meningkatkan kebijakan untuk melonggarkan likuiditas di pasar. Di antara kebijakan itu adalah Peningkatan ketersediaan likuiditas dan pendalaman pasar keuangan melalui penguatan strategi operasi moneter serta meningkatkan sisi pasokan di pasar Non- Deliverable Forward (NDF) Domestik. (ant)
Editor Deden .GP