SYDNEY.bipol.co – Kurs dolar AS relatif tenang di pasar mata uang Asia pada perdagangan Senin (29/4/2019) pagi, karena Jepang memulai liburan selama seminggu, memberikan investor alasan tambahan untuk menahan diri menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve (Fed) dan angka pekerjaan Amerika Serikat.
Semua mata tertuju pada The Fed untuk melihat apa yang mereka buat dari laporan produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama, yang menunjukkan pertumbuhan kuat sebesar 3,2 persen, tetapi sebagian besar karena satu alasan saja yakni lonjakan persediaan.
Inflasi inti, di sisi lain, dikejutkan oleh perlambatan tajam, menyebabkan spekulator benar-benar mempersempit peluang penurunan suku bunga tahun ini. Fed fund berjangka sekarang menyiratkan suku bunga 2,20 persen pada akhir tahun, dari 2,41 persen sekarang.
Angka Maret untuk pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti, ukuran inflasi yang disukai The Fed, akan dirilis pada Senin waktu setempat dan ada risiko mungkin melambat menjadi 1,6 persen atau bahkan 1,5 persen.
“Satu-satunya masalah makro terbesar saat ini menyangkut kebijakan The Fed dan apakah inflasi cukup lunak untuk membenarkan penurunan suku bunga,” kata Analis di JPMorgan.
“Presiden Fed Chicago Charles Evans menyiratkan PCE inti berkelanjutan pada 1,5 persen akan membenarkan penurunan suku bunga, sekalipun dengan pertumbuhan tetap sehat dan investor akan mendengarkan dengan cermat (Ketua Fed Jerome) Powell pada Rabu (1/5/2019) untuk setiap petunjuk tentang pemikirannya pada topik ini.” ujar analis tersebut.
Risiko inilah yang menyebabkan dolar jatuh kembali pada Jumat (26/4/2019) meskipun laporan PDB positif. Terhadap sekeranjang mata uang, dolar terakhir stabil di 98,032, setelah turun dari dekat tertinggi dua tahun di 98,330. (ant)
Editor Deden .GP