“Ke depan saya berharap BBTF bisa berkembang sebagai salah satu pameran pariwisata internasional yang utama di kawasan ini, dengan status yang sama seperti MATTA Fair di Malaysia dan ITB Asia di Singapura. Bahkan bisa menjadi pameran perjalanan terbesar di dunia seperti ITB Berlin dan WTM London,” ujar Menpar.
Harapan Arief Yahya bukan tanpa alasan terlebih pameran perjalanan dan wisata internasional yang diselenggarakan oleh Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Bali itu tahun ini telah memasuki tahun ke-enam penyelenggaraan.
Dengan tema Journey to Sustainable Tourism, BBTF 2019 yang diselenggarakan dari 26-28 Juni 2019 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) itu menghadirkan 232 seller dan 303 buyer dari 46 negara dengan estimasi transaksi mencapai Rp9,06 triliun.
Komposisi pembeli terbesar, sebanyak 101 datang dari zona Eropa Barat dan Timur. Untuk zona Timur Tengah terdapat 28 buyer. Pembeli dari ASEAN sebanyak 67, lalu 27 buyer datang dari Australia dan Selandia Baru. Jumlah seller dan buyer ini meningkat dari tahun lalu. Pada BBTF 2018 tercatat nilai transaksi yang dihasilkan sekitar Rp7,71 triliun dengan jumlah seller 244 dan buyer berjumlah 320 yang berasal dari 41 negara.
Dari negara-negara di Eropa Timur dan Barat yang hadir sebanyak 61 buyer. Sementara dari negara-negara kawasan ASEAN yang berpartisipasi sebanyak 45 buyer, lalu India ada 23 buyer. Untuk slot Australia dan Selandia Baru diisi 22 buyer dan 72 trade buyer. “BBTF menawarkan banyak peluang. Potensinya besar. Ada peningkatan peserta yang signifikan. Kami harap semua industri bisa memanfaatkan momentum ini,” ungkap Ketua Panitia BBTF 2019 I Ketut Ardana.
Para peserta BBTF 2019 berasal dari berbagai latar belakang industri pariwisata. Komposisinya terdiri dari hotel dan resort, agen perjalanan, hingga pemerintah. Ada juga daya tarik wisata, pengelola destinasi wisata, maskapai penerbangan, dan yang lainnya.
Penyelenggaraan BBTF diyakini Menpar tidak hanya mempromosikan Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia, tapi turut juga mempromosikan destinasi wisata lain di Indonesia. “Akhirnya, nanti wisatawan akan menikmati atraksi yang lebih beragam di samping BBTF juga mendatangkan manfaat ekonomi dari kegiatan pariwisata yang akan didistribusikan ke daerah-daerah di luar Bali,” jelas Menpar.
Terkait tema BBTF 2019, Menpar menjelaskan bahwa sustainable tourism telah menjadi tren beberapa tahun terakhir. Pengembangan pariwisata harus mempertimbangkan tiga faktor meliputi lingkungan, komunitas, dan ekonomi.
Berkenaan dengan prinsip-prinsip ini, Kementerian Pariwisata telah melakukan tiga program, yaitu Sustainable Tourism Destination melalui Indonesia Sustainable Tourism Awards (ISTA), Sustainable Tourism Observatorium, dan Sustainable Tourism Certificate, yang berfokus pada 10 Destinasi Wisata Prioritas. “Di Bali, kami juga telah mendirikan Sustainable Tourism Observatory di Sanur, bekerja sama dengan Universitas Udayana Bali, didukung oleh UNWTO,” jelas Menpar. (ant)