JAKARTA,bipol.co – Direktur Eksekutif Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik Dedi Kurnia Syah Putra menyarankan Presiden terpilih Joko Widodo memilih anak muda yang memiliki pengalaman sebagai menteri di kabinet mendatang.
“Tentu pilih yang sesuai dengan kapasitas dan kontribusi dalam pemenangan petahana. Presiden hendaknya tidak hanya memilih menteri berusia muda tapi harus punya kemampuan manajemen, mengeksekusi program dan pengalaman organisasi,” kata Dedi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (8/7).
Dia menilai, ide membuka porsi untuk kalangan milenial masuk jajaran kabinet layak diapresiasi, meskipun dalam politik modern seharusnya tidak ada dikotomi apapun termasuk soal usia.
Dedi menjelaskan, yang terpenting saat ini, Presiden Jokowi jangan hanya melihat usia muda tapi juga punya kemampuan dan kualitas sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu, menurut dia, Jokowi juga harus mencari siapa-siapa saja yang “berkeringat” dalam pemenangannya sehingga jangan asal tunjuk saja nama orang.
Dedi menuturkan, potensi milenial lebih produktif jika ditempatkan di kementerian dengan target capaian membangun sumber daya manusia (SDM), misalnya Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Tenaga Kerja atau Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo).
“Paling tidak, pos kementerian yang dipimpin anak muda akan menampakkan inovasi sesuai zaman yg diperlukan saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingginya jumlah warga negara produktif, memerlukan menteri yang punya kapasitas mengelola,” ujarnya.
Dedi menilai keberadaan figur muda akan menjadi sinyal bagi masyarakat bahwa Jokowi menaruh perhatian terhadap kepentingan bangsa di masa yang akan datang.
Beberapa nama anak muda yang diwacanakan masuk kabinet antara lain CEO PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Gojek Nadiem Makarim, Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Andi Gani Nena Wea yang saat ini menjabat Presiden Komisaris PT PP.
Selain itu, CEO Bukalapak Achmad Zaky, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie dan Angela Tanoesoedibjo.(ant)
Editor : Herry Febriyanto