NEW YORK.bipol.co – Kurs dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu 22 Februari pagi WIB), karena pasar terus mencerna data manufaktur negatif dan investor telah didukung oleh harapan atas perdagangan global. Optimisme perdagangan terus menopang sentimen penghambilan risiko (risk-on) para investor, karena mereka mengawasi dengan cermat konsultasi ekonomi dan perdagangan minggu ini antara China dan Amerika Serikat (AS) di Washington.
Dolar Australia, yang secara luas dipandang sebagai barometer risiko global, naik menjadi 0,7133 dolar AS dari 0,7080 dolar AS pada Jumat (22/2). Di sisi ekonomi, pesanan baru untuk barang-barang modal inti AS secara tidak terduga merosot 0,7 persen, menurut Biro Sensus AS pada Kamis (21/2). Angka itu terseret turun oleh permintaan yang semakin berkurang untuk mesin, komputer, dan peralatan komunikasi, yang semuanya merupakan pusat kelompok barang-barang modal.
Terlebih lagi, indeks aktivitas manufaktur Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed) Philadelphia turun menjadi minus 4,1 pada Februari, merosot tajam dari 17,0 pada Januari, yang berubah menjadi negatif untuk pertama kalinya sejak Mei 2016, menurut survei manufaktur The Fed Philadelphia pada Kamis (21/2) seperti dikutip Xinhua.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1338 dolar AS dari 1,1336 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3060 dolar AS dari 1,3039 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik ke 0,7133 dolar AS dari 0,7080 dolar AS. Dolar AS dibeli 110,69 yen Jepang, lebih tinggi dari 110,66 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 1,0001 franc Swiss dari 1,0013 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3138 dolar Kanada dari 1,3224 dolar Kanada. (dgp)