JAKARTA.bipol.co– Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartanto mengatakan bahwa Iduladha atau Lebaran Besar harus menjadi refleksi pada tindakan, aktivitas politik, dan tutur kata kepada masyarakat sehingga menjadi politikus yang bersih.
Airlangga dalam sambutanya menyebutkan Lebaran Haji merefleksikan silaturahmi, momentum keikhlasan kurban sebagai pembuktian kecintaan umat Islam kepada Allah Swt.
Sejarah Islam mencatat hari ini pada zaman Nabi Ibrahim, kurban adalah pembuktian seberapa besar kecintaan kepada Allah daripada anak, istri, dan seisi dunia.
Menteri Perindustrian itu berharap umat Islam mendapatkan hikmah dari rangkaian dan momentum dengan semangat berkurban, meninggalkan kepentingan-kepentingan dunia untuk tunduk pada kepentingan akhirat.
Ia mengatakan bahwa puncak ibadah haji, umat Islam yang berhaji ketika melaksanakan wukuf di Arafah memakai pakaian ihram. Hal ini menunjukkan tidak ada yang membedakan antara mereka.
Menurut dia, hal ini membawa pesan yang luar biasa agar umat Islam merefleksikan hal itu sebagai kesetaraan, memiliki tanggung jawab yang sama di hadapan Allah dengan kadar yang sama.
“Untuk itu, mari kita bersama saling bahu-membahu dengan jalan politik Partai Golkar, terus-menerus berkhidmah kepada masyarakat Indonesia tanpa terkecuali,” katanya.
Sejak semalam (10/8), kata Airlangga, umat Islam bersama-sama mengumandangkan takbir, sahu-menyahut terdengar seluruh penjuru dunia, nama Allah diagungkan, rasa syukur dipanjatkan di muka bumi. Hal ini menunjukkan betapa besar jumlah umat Islam di dunia ini.
Jika disadari oleh umat Islam bahwa jumlahnya sangat kuat, andai seluruh umat Islam yang berkumpul pagi ini melaksanakan salat Id, bersatu tanpa perbedaan, dengan begitu Islam akan jadi pemenang. Kemenangan dalam arti jalan kebaikan dalam persaudaraan.
“Sejatinya itulah cita-cita Partai Golkar,” katanya. Salat Iduladha di DPP Partai Golkar dihadiri pula sejumlah politikus senior Partai Galkar, seperti Abu Rizal Bakrie, Akbar Tanjung, Nurdin Halid, dan Tuan Guru Bajang, dan Muhammad Zainul Majdi. (ant)