BANDUNG, bipol.co – Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, mengakui masih banyak pondok pesantren di Jawa Barat belum tersentuh program One Pesantren One Product (OPOP). Untuk itu, dirinya mendorong seluruh pondok pesantren melek digital agar bisa memanfaatkan program tersebut.
“Banyak pesantren di daerah, di kampung, tidak tersentuh OPOP. Padahal OPOP adalah program kami untuk membantu pondok pesantren yang belum maju, pondok pesantren yang ekonominya pas-pasan,” ujar Uu di Bandung, Selasa (27/08/2019).
Uu mengungkapkan, saat ini program OPOP masih didominasi pondok pesantren yang dinilai maju dan ada di wilayah perkotaan. Namun, dirinya tidak mempermasalahkan hal tersebut karena menjadi hak bagi seluruh pesantren, baik di perkotaan maupun pedesaan.
Hanya saja, lanjut Uu, pihaknya ingin agar ke depannya ada perpindahan segmen pemanfaatan program OPOP dari pesantren maju di perkotaan kepada pesantren tertinggal di pedesaan, sehingga program tersebut bisa juga dirasakan seluruh pondok pesantren yang benar-benar membutuhkan bantuan pemerintah.
“Harus ada perpindahan segmen kepada pesantren yang santrinya sedikit, asramanya kurang bagus, ajengannya masih di lembur tara ka kota, dan ajengannya tidak maen proposal, itu kami harapkan di tahun depan terutama OPOP,” ujarnya.
Dijelaskannya, setiap pesantren yang memanfaatkan program tersebut akan mendapat bantuan sebesar Rp25 juta setelah melakukan pelatihan sesuai bidangnya. Bantuan tersebut, tentunya dirasa besar bagi pesantren yang ada di pedesaan, sedangkan pesantren maju tentunya akan menilai uang tersebut kecil.
“Kalau untuk pesantren kecil di lembur 25 juta ini besar, tapi pesantren maju di perkotaan, buat apa uang 25 juta, menurut pemikiran kami. Ini kembali kepada pesantren di daerah. Harus melek digital, menguasai digital, dan menguasai dunia,” kata dia.
Dari sebanyak 4.000 pondok pesantren di Jawa Barat yang mendaftar, Pemprov Jabar mencatat ada sebanyak 1.070 pondok pesantren yang memanfaatkan program OPOP. Jumlah tersebut, didominasi pesantren-pesantren di perkotaan yang dinilai telah maju.**
Reporter: Iman Mulyono
Editor: Hariyawan