MATARAM,bipol.co – Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat menyebutkan gempa bumi pada 2018 mengakibatkan angka kemiskinan di daerah itu mengalami kenaikan meskipun masih di bawah 10 persen.
“Meskipun terjadi kenaikan, tapi angka kemiskinan di Mataram masih berada di bawah dua digit, yakni sekitar 9,26 persen dari angka sebelumnya 8,96 persen,” kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram Lalu Martawang di Mataram, Sabtu.
Ia mengatakan data kemiskinan itu referensinya adalah BPS. Namun yang disampaikan Wali Kota Mataram saat pidato HUT Ke-26 Kota Mataram di DPRD, menyebutkan angka kemiskinan Mataram masih berada di bawah dua digit.
Menurut dia, dalam konteks kemiskinan tidak dimungkiri bahwa gempa bumi menimbulkan pengaruh ekonomi, seperti tingkat hunian hotel dan kunjungan wisatawan makin berkurang yang hal itu berdampak pada roda perekonomian di Mataram.
Roda perekonomian yang terdampak misalnya, para pengusaha makanan, perajin, pelaku pariwisata, dan destinasi pariwisata, termasuk masyarakat, yang mengandalkan pendapatan dari kehadiran orang-orang ke kota itu.
“Ada pengaruh terhadap dampak gempa bumi, tetapi harapannya tidak sampai tingkatan pada melonjakkan angka kemiskinan di atas dua digit,” ujarnya.
Oleh karena itu, katanya, komitmen pemerintah kota harus bisa mengendalikan kemiskinan agar setiap tahun terjadi penurunan satu persen. Penurunan itu pada tahun ini tidak bisa tercapai karena tidak bisa dimungkiri bahwa kondisi bencana menstimulus pergerakan naik, meskipun tidak signifikan.
“Untuk itu, kita berupaya sedemikian rupa terutama bidang pariwisata agar bisa mendongkrak angka kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, dan roda ekonomi masyarakat,” katanya.
Selain ikhtiar peningkatan kapasitas ekonomi produktif, lanjut Martawang, pengendalian inflasi perlu terus dilakukan, sebab hal itu akan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kalau kita biarkan inflasi maka pendapatan yang dimiliki masyarakat akan tergerus oleh belanja yang dilakukan,” katanya.(ant)
Editor : Herry Febriyanto