BANDUNG, bipol.co – Menkopolhukam Wiranto diserang dua orang yang melakukan penusukan, saat Menkopolhukam berada di Pandeglang, Kamis Kemarin.
Kejadian tersebut, ditanggapi beragam oleh publik, termasuk Pengamat Terorisme, Prof. Dr. Obsatar Sinaga. Prof. Obi –sapaan akrabnya–, menyatakan bahwa ada pola yang bukan dilakukan oleh gerakan kelompok teror.
“Kalau teror itu ‘kan menciptakan terere, adanya ketakutan dalam publik. Dalam kejadian Pak Wiranto ini saya tidak melihat hal itu,” jelasnya, di Kampus Universitas Widyatama Bandung, Jumat (11/10).
Pria yang juga menjabat Rektor Universitas Widyatama ini, mengatakan catatan historis Wiranto itu bukan di-haters oleh kelompok teroris.
“Kalau Wiranto kaitannya dengan pelanggaran HAM berat,” jelasnya.
Dirinya menjelaskan, mungkin juga ini sebuah tindakan pelajaran terhadap pemerintah yang kelihatannya sudah mulai balik ke model lama (pelanggaran HAM).
Sosok Wiranto, kata Prof. Obi, adalah orang lama di pemerintahan, namun kiprahnya sejak Orde Baru pernah menjabat Menteri Panglima ABRI.
“Mungkin selama menjabat, pernyataan Wiranto kerap menuai kontroversi. Pak Wiranto itu memang ngomongnya banyak menyakiti orang, saya kira mungkin (ini) urusannya pribadi atau pergerakan orang yang tersakiti,” terangnya.
Di mata Prof. Obi, Menkopolhukam Wiranto itu catatannya selalu bersebrangan dengan kelompok besar terkait pelanggaran HAM.
Jika polisi menyebut pelaku penyerangan terhadap Wiranto berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Karakter kelompok ini, bekerja sendiri dan mengacu pada sejumlah kejadian, mereka kerap menyerang aparat kepolisian. Misalnya penyerangan Mako Brimob, Mako Polres Cirebon, penyerangan anggota polisi di Jatinegara, Mako Polrestabes Surabaya, hingga penyerangan pos polisi di Kota Solo.
“Untuk kejadian kemarin itu, kelihatan yang diserang kok bukan polisi dulu, tapi langsung ke Pak Wiranto?”Apa salahnya Pak Wiranto? Saya kira pelaku juga perlu dicek kejiwaannya,” tegasnya.
Prof. Obi menilai, jika pelaku bukan teroris jaringan besar.
“Saya meragukan, secara teoretis enggak biasanya mereka (kelompok teroris) begitu. Apalagi menyerangnya menggunakan pisau kecil yang artinya harus berada dekat dengan targetnya,” ujar Prof. Obi.**
Reporter: Arief
Editor: Hariyawan