Sebut saja musisi Amerika Serika Billie Eilish yang sukses menjual 4.000 keping pita kaset atas album debutnya ” When We Fall Asleep, Where Do We Go?”, ada lagi grup band yang sempat manggung di Jakarta, The 1975 yang mampu menjual 8.000 kaset dari album “A Brief Inquiry Into Online Relationships” sejak November tahun lalu.
Sekalipun teknologinya sudah jadul, menurut laporan Industri Fonografi Inggris (BPI) awal tahun ini, 35.000 kaset pita berhasil terjual di Inggris selama paruh tahun 2019. Sebaliknya, dalam periode yang sama di tahun 2018, kaset cuma terjual 18.000 keping.
Dilansir NME, Sabtu (12/10/2019), mulai menggeliatnya bisnis kaset menyebabkan penundaan produksi karena terlalu banyak permintaan sedangkan bahan bakunya terbatas. Bahan baku itu adalah gamma ferric oxide, bahan yang digunakan dalam pita rekaman magnetik.
National Audio Company, pabrikan kaset audio terbesar di AS, menjelaskan dalam suratnya pada pelanggan bahwa satu-satunya pabrik yang memurnikan bahan berharga itu masih terus diperbaiki selama hampir sepanjang tahun, membuat mereka mengirim produk dalam jumlah yang jauh lebih kecil dan tumpukan produk kaset yang belum selesai terus bertambah.
“Seperti yang Anda ketahui, ada kekurangan oksida gamma bermutu tinggi di seluruh dunia; bahan magnetik yang digunakan dalam membuat rekaman audio berkualitas profesional,” demikian kata NAC, sebelum menjelaskan apa artinya ini bagi bisnis mereka.
Produksi diharapkan bisa dilanjutkan akhir tahun ini. “ADA BERITA BAIK!” NAC mengungkapkan. “Kami telah diberitahu bahwa NAC akan menerima setidaknya sebelas ton oksida pada bulan Oktober.”
Sementara itu, laporan tengah tahun dari Asosiasi Industri Rekaman Amerika menyebutkan vinyl menyalip penjualan CD untuk pertama kalinya sejak 1986. (ant)