LIPI: Indonesia Berperan Tentukan Iklim Dunia

- Editor

Senin, 18 November 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Nugroho Dwi Hananto. (ant)

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Nugroho Dwi Hananto. (ant)

JAKARTA.bipol.co – Pejabat di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan keberadaan Indonesia di persimpangan antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik berperan menentukan iklim dunia.

“Bagaimana kita mengetahui fenomena interaksi antara samudera dan atmosfer, ini menjadi pengetahuan yang sangat penting untuk melihat iklim,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Nugroho Dwi Hananto di Jakarta, Senin (18/11).

Keberadaan Indonesia tadi, kata dia, dapat dimanfaatkan untuk anomali iklim, seperti musim panas, namun intensitas hujan masih tinggi maupun sebaliknya musim hujan yang juga banyak panas, El Nino maupun La Nina.

“Secara teknis kira-kira demikian keberadaan Indonesia yang turut menentukan iklim dunia,” katanya. Menurut dia, penelitian yang dilakukan LIPI di Perairan Selatan Jawa, Selat Bali hingga ke Selat Makasar pada 18 hingga 25 Desember akan berguna bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Apalagi, katanya, hingga kini pemerintah melalui LIPI belum memiliki data akurat terkait adanya El Nino dan La Nina serta perubahan iklim. Sehingga, perlu penelitian mendalam untuk mengetahui apa saja pengaruh Indonesia yang diapit dua samudera tersebut.

Riset tentang prediksi iklim bisa saja dilakukan menggunakan teknologi satelit, hanya saja tidak begitu akurat jika dibandingkan penelitian laut dengan mengambil data real di lapangan, katanya.

Penelitan yang dilakukan LIPI dimulai dari Jakarta mengarungi Samudera Hindia hingga ke Banyuwangi. Kemudian, pada etape kedua lanjut menuju Selat Makassar dan kembali ke Jawa.

Riset tersebut, katanya, juga akan menggali interaksi samudera dan atmosfer yang penting untuk memperluas horizon pengetahuan Indonesia tentang pergaruh dinamika samudera dan atmosfer yang memengaruhi pola cuaca dan iklim Indonesia.

Penelitian tersebut akan memakan waktu selama 37 hari di laut lepas. Setelah itu, dilanjutkan pengolahan data, work shop dan lain sebagainya yang diperkirakan membutuhkan waktu satu hingga dua tahun. (ant)

 

Editor   Deden .GP


Berita Terkait

Sekjen FSGI Klarifikasi Soal Pengumuman Prabowo: Jadi Tidak Ada Istilah Kenaikan Gaji
Gerakkan Ekonomi Nasional, Komdigi Dukung Kampanye Harbolnas dan BINA 2024
Dekranasda Jabar Jajaki Kerja Sama dengan Pusat Oleh-oleh Dewata Nusantara Bali
Usai Lawatan ke Enam Negara, Presiden Prabowo Subianto Tiba di Tanah Air
Buka Jendela Jawa Barat di Bali, Amanda: Pameran Efektif untuk Menarik Buyer
Qari Asal NTB Ini Kembali Raih Juara 1 MTQ Internasional
Menag Serukan Perjuangan Kolektif Bela Hak Palestina
Dukung Asta Cita Swasembada Pangan, Padat Karya Irigasi Kementerian PU Tahun 2024 Jangkau 12.000 Lokasi

Berita Terkait

Sabtu, 30 November 2024 - 20:46 WIB

Sekjen FSGI Klarifikasi Soal Pengumuman Prabowo: Jadi Tidak Ada Istilah Kenaikan Gaji

Jumat, 29 November 2024 - 20:08 WIB

Gerakkan Ekonomi Nasional, Komdigi Dukung Kampanye Harbolnas dan BINA 2024

Senin, 25 November 2024 - 19:40 WIB

Dekranasda Jabar Jajaki Kerja Sama dengan Pusat Oleh-oleh Dewata Nusantara Bali

Senin, 25 November 2024 - 14:24 WIB

Usai Lawatan ke Enam Negara, Presiden Prabowo Subianto Tiba di Tanah Air

Minggu, 24 November 2024 - 18:24 WIB

Buka Jendela Jawa Barat di Bali, Amanda: Pameran Efektif untuk Menarik Buyer

Berita Terbaru

BAZNas Sumedang bekerjasama dengan BAZNas RI berhasil membangun kembali rumah milik Adun (73) tidak layak huni di Dusun Tarogong, RT 008 RW 003, Cijeungjing l, Kecamatan Jatigede. Foto: Humas Sumedang.

NEWS

BAZNas Perbaiki Rumah Adun yang tidak Layak Huni

Senin, 2 Des 2024 - 16:08 WIB